Sabtu, 09 Juni 2012

Bagaimana Tau ?

Sampai detik ini saya masih heran, bagaimana seseorang tau bahwa yang dihadapannya adalah jodoh yang Allah berikan ? sampai dengan yakin menerima cinta, menjawab "iya" dengan pertanyaan "maukah kamu menikah denganku?" dan sebagainya.

Saya juga heran banget dengan orang yang mau-maunya kawin lari (padahal cape banget ya pasti, lari gitu :s) atau mengorbankan apapun demi pacarnya, mengorbankan keluarga demi menikah dengan orang yang dia sayang. Kok bisa punya pikiran seperti itu ? Bagaimana tau kalau orang itu adalah orang yang tepat ?

Padahal saya yakin sih, gak semua orang melakukan shalat istikharah demi mendapatkan jawaban dari Allah. Saya juga yakin gak semua orang sampai bersemedi beberapa hari demi mendapatkan jawaban "He's the right man for me!!!"

Mungkin gak bisa mendapatkan keyakinan dari ketidakyakinan? Mungkin gak mendapatkan ketidakyakinan dari keyakinan? Semuanya mungkin kan ? So, darimana kita bisa tau bahwa yang kita benar-benar yakin adalah yang meyakinkan dan darimana kita tau bahwa "'He is the best ever!"

Saya rasa pacaran lama juga bukan jalan keluar untuk semua permasalahan itu. Banyak loh yang pacaran lama ujung-ujungnya putus. Pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa. Tapi ada juga yang baru beberapa minggu ketemu tau-tau nikah dan pernikahannya langgeng sampe kakek nenek. Ya ada banyak lah kejadian terkait dengan pacaran, putus dan nikah. Kesimpulannya adalah tidak ada satupun hal yang mustahil terjadi dan waktu yang lama bukan menjadi jaminan akan tercipta hubungan yang matang.

Pernah saya menanyakan pertanyaan-pertanyaan diatas tadi kepada kakak sepupu saya yang kebetulan memutuskan untuk nikah muda. Dia nikah saat kuliahnya belum selesai malah, begitu juga dengan kuliah suaminya. Dan parahnya lagi, pernikahannya itu bukan pernikahan yang benar-benar diimpikan oleh kedua orang tuanya, karena berbagai macam pertimbangan. Saya tergelitik untuk menggali, apa yang kakak saya pikirkan pada waktu itu. Menikah muda, dengan laki-laki yang tidak terlalu dibanggakan oleh orang tua, itu keputusan yang cukup sulit loh. Lalu, dengan enteng kakak saya menjawab :
"Keyakinan itu ada dari hati. Saat kakak lihat dia, kakak yakin dia orang yang tepat untuk menjadi imam kakak dan ayah dari anak-anak kakk nanti..."

Jawaban yang dalem, tapi abu-abu banget buat saya. Saya masih gak ngerti. Lalu saya ajukan pertanyaan selanjutnya, 
"Dari mana hati kakak tau itu yang terbaik? Kapan saat hati kita tau?"
dan kakak saya kembali menjawab, kali ini dengan senyam-senyum sendiri,
"Itu ga bisa dijelaskan dengan kata-kata, cuma Allah yang tau ..."

Jawaban yang lebih gelap dari sebelumnya, tentunya. 
Ahahahaha.
Yayaya, entah saya yang masih terlalu kanak-kanak. Entah saya yang sudah merasakan seperti yang kakak saya rasakan tapi tidak terlalu ambil pusing. Atau entah saya memang belum pernah mengalami perasaan seperti itu.

Oh mungkin sama ya seperti saya yakin sekali pada laki-laki yang saya sendiri tidak kenal (yang ada di mimpi saya semalam) bawha dia adalah jodoh saya. Sampai pada pagi hari saya bangun, saya berusaha tidur kembali dan datang ke mimpi yang sama, untuk mencari tau nama dan alamat orang tersebut. Bo doh ! Setelah benar-benar bangun dan saya tidak berhasil mendapatkan nama dan alamatnya, bahkan saya lupa wajah orang itu seperti apa, saya baru sadar keyakinan saya di awala bangun tidur tadi mungkin bagian dari mimpi itu sendiri dan jelas sekali keputusan untuk tidur lagi adlaah kebodohan besar :(

Ya, entahlah. Wallahualam ....
Yang jelas, bagi saya sekarang, pertanyaan-pertanyaan tentang keyakinan hati masih sangat abu-abu. Just let everything go with the flow aja lah :D Jalan saya masih panjang. Dalam dua tahun ini saya harus sudah menyelesaikan beban pendidikan saya. Saya masih harus menjadi kakak buat adik-adik saya. Saya masih harus mewujudkan keinginan kedua orang tua saya. Semangat ! :D

Kamis, 07 Juni 2012

The Last But Not Least

Sudah hampir tiga hari sejak hari ujian terakhir stase syaraf. Hari dimana saya harus berlari-lari ngejar daddy (panggilan khusus saya ke dokter pembimbing saya yang sudah seperti ayah saya sendiri). Hari pertama saya merasa sesak berada di poli dan ingin hari itu berakhir jauh lebih lama dari biasanya. 

Pada hari Jumat, setelah melaksanakan ujian tulis sebagai pertanda akhir stase, saya dan dila kembali ke poli seperti biasanya. dan bagian poli hari itu adalah daddy. Ah, bahagia rasanya bisa melihat beliau tersenyum seperti pagi ini. Beliau dengan ramah menanyai bagaimana ujian tulisnya, kapan ujian lisan dan sebagainya. Hari ini daddy jauh lebih komunikatif dari hari-hari sebelumnya. Tidak ada satu materipun yang beliau tanyakan kepada saya, tidak seperti biasanya. Pagi ini semua obrolan kami hangat, selayaknya teman. Sesekali kami tertawa begitu saya menceritakan kebodohan saya selama ada di Stase Syaraf ini. Hingga tidak terasa poli hari itu berakhir, dan daddy berpamitan kepada kami seperti biasanya. Lalu berlalu.

Oh My, saya lupa bahwa hari itu adalah hari terakhir saya bisa bertemu dengan beliau karena besoknya, Sabtu adalah hari terakhir kami bertugas di stase Syaraf ini dan bukan beliau yang bertugas di Poli. Saya dan dila kemudian menyusun rencana perpisahan dengan matang. Bagaimanapun caranya kami harus berpamitan dengan daddy. Jika tidak sempat, saya sudah merangkai ketikan SMS yang sudah siap kirim ke beliau.

Keesokan harinya, kami bertugas seperti biasa. Pagi di bangsal, menjelang siang ke poli. Poli hari Sabtu ini hanya diisi doleh dr.Mecca (dokter pembimbing dila). Kami sudah membuat janji untuk menyempatkan diri berfoto bersama, dan tidak lupa, jadwal terpenting hari ini adalah mencari daddy untuk berpamitan. Waktupun berlalu beberapa jam. Tidak saya sadari, handphone saya bergetar, dan ternyata ada sms dari dr.Ahmad Tanji Sp.S (daddy). Aaaahhhh bahagianya :D Beliau menanyakan apa semua berkas untuk penilaian saya sudah rampung beliau tanda tangan atau belum, dan beliau memberitahu saya bahwa beliau sekarang berada di ruang istirahat belakang poli. Itu artinya beliau menunggu kami. Tidak sempat membalas sms, dengan cepat saya mengambil semua berkas-berkas dan mencari beliau. Tapi ternyata saya tidak menemukan siapapun di ruang istirahat itu. Hanya tersisa tempat makan dan gelas air putih yang sudah tersisas separuhanya, ya itu makanan daddy. Lalu saya dan dila mencari ke semua poli dimana daddy biasanya visite. Tapi sayang, tidak ada satupun yang tau kemana daddy pergi. perawat mengatakan bahwa daddy sudah visiste sejak tadi.

Lalu, saya kemudian membalas sms daddy, sambil terus mencari saya menanyai keberadaan beliau. Semuanya sia-sia setelah SMS terakhirnya, "Saya sudah di jalan menuju RS HArapan Ibu". Ternyata daddy sudah di jalan untuk bertugas di RS Harapan Ibu, salah satu RS Swasta yang ada di Purbalingga. 

Lelah, bingung, sedih, campur aduk jadi satu. Kemudian, tidak lama handphone saya bergetar lagi. Yap daddy menelpon saya ....
Seketika saya angkat, dan saya tidak dapat berkata apapun karena sesak. Saya hanya mendengarkan suara di ujung sana berbicara dengan seksama , sambil sesekali menjawab dengan "Iya...iya dok...., sudah dok, tidak dok...dan terima kasih dok ...."

Di ujung sana suara yang tidak asing bagi saya itu, mengucapkan kata-kata perpisahannya dengan sangat bijak, yaa seperti selayaknya bapak kepada anaknya. Beliau berpesan untuk saya agar selalu belajar, bersemangat dan bisa mencapai semua yang saya inginkan. Beliau senang atas kehadiran saya dan dila yang menurut saya sih sering merepotkan. Tapi beliau sungguh baik. Dan beliau bilang beliau tidak akan melupakan kami. Meski sedih, tapi saya senang ternyata beliau begitu kebapakan kepada kami. Lalu kami kembali ke poli kemudian berfoto bersama. Hari itu indah :)

Hari selanjutnya Minggu, hari saya dan dila harus melaksanakan ujian lisa bersama Prof.Dr.dr.H.Rusdi Lamsudin Msc. Sp.S (K) di ruang diklat. saya sudah menyiapkan segalanya untuk hari ini, karena saya tidak ingin mengecewakan daddy. Meski ada beberapa yang membuat saya bingung mau menjawab apa, tapi over all, hari itu berjalan sukses. Cerita punya cerita, ternyata daddy adalah anak kesayangan prof waktu kuliah dulu. Daddy terkenal sebagai anak yang rajin dan pintar. Gak heran sih, saya memang sudah merasakan sendiri, betapa daddy kaya dengan keilmuannya, 

Setelah ujian lisan saya kembali ke kost dengan hati yang sangat sangat sangat lega karena semua proses ujian telah terlaksana, itu berarti waktunya untuk LIBURAN :D Sambil menunggu jam keberangkatan, saya menyiapkan apa-apa yang akan dibawa. Tujuan saya adalah pulang ke Jogja selama 3 hari dan ke Jakarta selama 3 hari dengan total liburan 1 minggu. Di tengah persiapan, handphone saya bergetar, lalu ternyata itu SMS dari daddy, beliau menanyakan bagaimana ujian lisannya dengan prof, sukses?

Saya hanya menjawab, alhamdulilah dok, semua berkat dokter :) Dan kembali saya mendapat semangat serta nasihat yang akan selalu saya ingat dari daddy. Beliau mendukung saya untuk jadi neurolog seperti beliau. Amin, amin, amin ya Rabb....semoga semua ada jalannya :)

Jam 14.00, dengan.diantar oleh adek, ninda, dan nyinyit saya berangkat menuju terminal bus Purwokerto. Diantara anak-anak kost hanya saya yang mendapat liburan pada minggu ini, jadi sudah sangat banyak pesanan yang harus saya bawa ketika kembali ke Purbalingga. Yap, no matter, Happy HOLIDAY ! :))