Minggu, 25 Desember 2016

Sayangilah Istrimu, Bahagiakanlah Dia...

Menjadi istri adalah sebuah pilihan bagi beberapa orang dan kebutuhan bagi beberapa yang lain ...
Setelah menjadi istri bertambahlah satu tugas dan tanggung jawab penting yaitu memenejeri urusan rumah dengan segala tetek bengeknya ...

Agak risih sama orang yang gak menghargai istrinya ...
Agak risih dengan keluarga yang memandang remeh menantunya ...

O hei hallo ?
(Anak) Andalah orang yang memilih perempuan itu menjadi istri ...
(Anak)Andalah orang yang menjemput dia dari rumahnya dibesarkan, rumah yang baginya adalah segala-galanya ..

Karena,
Disanalah kebahagiaannya selama ini ...
Disana ada memori kecilnya yang berharga ...
Disana ada Ibu Bapak yang (mungkin) menjadikan dia sebagai ratu, karena begitu sayangnya ...
Disana ada keluarga yang bagi perempuan sama penting nya dengan dirinya sendiri ...

Anda meminangnya untuk mengurus semua urusan rumah anda, untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak anda, dan entah untuk apalagi ...

Apapun itu perannya,
Dia lah yang akan mendampingi anda dalam suka duka
Dia lah yang akan menemani anda menua
Dia lah yang akan ada disamping anda saat anda sakit
Dia lah, anak perempuan yang sudah menyerahkan hidupnya pada anda ...

Jadi please ... hargai dan berikan dia kebahagiaan yang pantas sebagai ganti atas banyak hal yang ia tinggal kan ...
Jadi please ... berikan apapun yang bisa anda beri sebagai tanda bahwa andapun menganggapnya ratu di rumah...
Jadi please ... bersabarlah yang banyak atas banyak kesenangan yang ia lepaskan demi banyak hal bersamamu ...

Bukankah sebaik-baiknya laki-laki adalah yang paling baik sikapnya terhadap istri dan anaknya ?

Selasa, 20 Desember 2016

Ketika Prioritas Berubah

Jika ditanya, apa tidak ingin melanjutkan sekolah seperti si A ?
Apa tidak ingin lulus langsung lanjut ambil spesialis di luar negeri seperti si B ?
Jawaban keduanya?
Sama seperti orang pada umumnya yang tentu ingin mencapai puncak karir setinggi-tingginya.

Tapi, jika pertanyaannya berlanjut mengenai kapan ?
Inshallah secepatnya, hanya itu yang saya bisa jawab ...

Karena,
Kini, prioritas saya telah banyak berubah
Bukan lagi tentang cita-cita pribadi
Bukan lagi tentang ego saya sendiri
Bukan lagi tentang keinginan ini itu

Ada orang tua yang sejak dulu selalu membahagiakan saya dan memenuhi semua keinginan saya, (hampir) semuanya...

Rasanya begitu kejam jika masih harus berkutat dengan keinginan diri sendiri yang masih banyak ingin ini itu ini itu...

Sementara tua mereka tidak bisa lagi menunggu kan ?

Waktu mereka untuk dibahagiakan mau tertunda berapa lama lagi  ?

Selain itu,

Ada bayi mungil yang juga tidak bisa distop tumbuh kembangnya, bukan lagi hari bahkan detik...

Ada bayi mungil yang tidak bisa menunggu lama untuk dihujani kasih sayang agar bertumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih ...

Ada bayi mungil yang tidak bisa menunggu barang sebentar untuk dididik dengan penuh cinta agar kelak menjadi pribadi yang dirindukan banyak orang ...

Maka sejak lama saya putuskan untuk memilih jalan sedikit memutar, dan menempatkan karir dibelakang...
Maka dengan yakin saya telah banyak merubah prioritas hidup saya, demi banyak hal yang lebih berharga, untuk saat ini 💓

Bismillah ❣

Kamis, 15 Desember 2016

Menjadi Ibu Sesungguhnya

"oeaaaa oeaaaa...." begitu kira-kira suara lengkingan tangis bayi yang sayup saya dengar karena dalam kelelahan setelah proses melahirkan panjang 3x24 jam.

Masih samar saya melihat dokter kandungan yang sudah setengah baya tersenyum lega mencium saya sembari memberikan ucapan selamat "selamat ya dek akhirnya bayinya bisa lahir normal, sehat dan selamat." Kemudian beliau terlarut lagi dengan dentingan suara ini itu untuk memulai proses penjahitan karena saya harus di episiotomi atau dilakukan pengguntingan pada dinding jalan lahir agar memudahkan proses pengeluaran bayi.

Disusul oleh bidan muda yang dengan cekatan meletakkan bayi mungil diatas dada saya dalam posisi telungkup setelah melakukan tata laksana bayi baru lahir bersama dokter anak yang juga masih muda untuk dilakukan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD), "ini ya bu anaknya, IMD dulu", katanya.

Entah perasaan dan pikiran apa yang ada saat itu, semua jadi satu. Lelah, lega, bahagia, sedih, sakit, haru, bercampur aduk hingga tidak ada satu katapun yang bisa saya ucap selain tetesan air mata.

Anak perempuan yang dulu begitu polah dengan banyak kegiatan. Anak perempuan yang sama sekali tidak terbayang menjadi istri sekaligus Ibu di usia muda. Kini di atas dadanya (read: saya) tergolek bayi mungil yang dengan penuh semangat menggeliat demi menjemput rejeki pertama nya dari Sang Pencipta melalui puting susu. Kini anak perempuan itu telah menjadi Ibu, ya Ibu sesungguhnya ...

Melewati proses persalinan yang cukup melelahkan memutar kembali memori di kepala saya tentang banyak Ibu yang proses persalinannya telah saya saksikan, saya bantu bahkan saya lakukan sendiri. Ternyata mudahnya memberikan istruksi berbanding terbalik dengan usaha yang harus dilakukan si Ibu yang harus dengan "tenang" menghadapi rasa sakit yang teramat sangat. Padahal saya dengan mudahnya memberikan aba-aba "ayo bu, tenang yaa, tarik nafas panjang, jangan dulu ngeden ya bu...." dan sebagainya.
But, now... I know that feel... Bahkan teknik hypnobearthing yang sudah saya pelajari jauh sebelum proses ini, entah kemana perginya...

Hari-hari pertama menjadi Ibu adalah sebuah perjuangan versi lain. Saya yang notabene orang medis harus dihadapkan pada mitos pasca persalinan yang masih sangat kental. Begitu juga dengan mitos merawat bayi baru lahir yang masih sangat lekat. Dan "lawan" saya adalah orang tua dan orang terdekat saya sendiri :)

Sempat mengalami baby blues yang lumayan "ringan" tidak membuat saya sampai tega menelantarkan anak bayi kebanggaan saya. Saya harus bisa bertahan, begitu saya membatin. Toh meski dengan "cara nenek" si anak akan tetap tumbuh tetapi tidak ada salahnya memperbaiki banyak hal yang sebatas mitos kan ? Mungkin egois, tapi saya ingin anak saya dibesarkan dengan cara-cara yang baik dan "benar", bukan sekedar "tumbuh besar".

Kini bayi mungil saya telah berusia 4 bulan dengan segudang keistimewaannya, karena setiap bayi dilahirkan istimewa, bukan ?

Perasaan campur aduk masih mengisi hari-hari saya, dan kini ditambah dengan kebanggaan. Kebanggaan karena memiliki anak luar biasa dengan tumbuh kembang yang luar biasa. Kebanggaan karena akhirnya bisa mengalahkan banyak mitos yang ada.

Senin, 21 November 2016

Travelling Bareng Bayi 3 Bulan, Mungkin kah ?

Sempet banget kepikiran buat gak jadi ikut travelling bareng keluarga ke Belitung, padahal udah disiapin sejak berbulan-bulan lalu. Alesannya ? Ya apalagi kalau bukan karena sayang anak 😅😄. Maklum lah usia baby el baru aja 3 bulan dan belum banyak referensi tips and tricks buat ngajak travelling bayi di umur segitu. Ditambah tujuan travelling nya half back to nature pula. Kebanyakan yang ngeshare travelling ngajak bayi udah di umur 6 bulan, yah itu sih udah lumayan besar dan udah oke lah diajak kemana juga, menurut saya 😂.

Setelah proses berpikir yang cukup panjang, lama dan pake acara ribut kecil dulu sama suami, akhirnya diputuskan dengan setengah hati kalau saya dan Baby El akan ikut berangkat juga, dengan segala tips and tricks yang kita susun sedemikian rupa. Mengingat, perjalanan kami yang 3hari dua malam dihadapkan pada jam berangkat yang sama sekali gak ramah bayi yaitu flight pesawat pertama jam 6, kebayang dong kudu berangkat jam berapa padahal jarak dr rumah ke bandara cukup jauh sekitar 2jam 😅 . Belum lagi dihadapkan pada jadwal travel disana yang padat merayap dalam 3hari plus ada tour island segala pakai perahu boat, daaaan sama sekali gak ramah bayi.

Yah namanya juga tour keluarga besar ya, gabisa dong mereka ikut keinginan kita cuma gegara 1 bayi. Langkah pertama yang saya dan suami buat adalah melakukan perencaan tentang mana-mana kegiatan yang mau diikutin, tentang pembagian tugas dan membuat komitmen dari awal, kalau apapun yang terjadi kami berdua harus selalu bersama berpartner (kemudian nyanyi lagu bangun pemudi pemuda supaya agak heroik :p). Selain itu, semua kegiatan yang akan kita ikutin hanya berfokus pada kepentingan dan kenyamanan Baby El, dengan seminimal mungkin ganggu siklus hidupnya dia. Jangan sampai gegara orang tuanya yang pengen happy jalan-jalan, pengen ikut wefie2, eh si anak bayi yang jadi korban. Jangan sampai !

Dan foilaaaa meskipun banyak diwarnai drama gegara banyak hal yang susah diintervensi kayak cuaca yang panas, bus yang kecil dan bla bla bla tapi kami berdua berhasil ngajak Baby El travelling. Saya dan suami juga bisa enjoy walaupun emang capeknya double dan gak bisa ikut berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan. But, baby El dapet nilai 70 untuk traveling pertama nya ke Belitung. Kami juga bisa sempet ikut beberapa kali foto keluarga dan sempet ambil rute jalan sendiri dg rent car diluar travel supaya tetep bisa jalan-jalan ramah bayi.

Berikut tips and tricks ala saya dan suami :

1. Buatlah komitmen bersama
Komitmen bersama ini sangat amat penting dalam semua hal ya, teruntuk selama travelling. Jelas banget lah si bayik gabisa cuma digendong ibunya aja terus-terusan, yang pada akhirnya nanti cuma ibunya yang capek sendiri. Partner yang baik akan membuat segalanya lebih mudah dan indah (ceileh :p). Yap, jadi antara pasangan sebaiknya udah diomongin banget jauh sebelum berangkat, tentang gimana pembagian tugas selama dijalan, gimana jarak aman antara pasangan supaya kalau pas butuh apa-apa gak perlu teriak dan masing-masing udah ngerti tugas serta kewajiban masing-masing, tentang jam tidur jam mandi bayi, so pasangan tau persis apa aja yang dibutuhin dan tau banget kapan harus bertindak.

2. Sebisa mungkin udah tau jadwal travelnya
Dengan tau jadwal, akan lebih mudah untuk ngatur dan milih mana kegiatan yang bisa dan gak bisa kita ikutin. Dengan tau jadwal, akan lebih mudah juga untuk pilah pilih barang-barang yang akan dibawa di travel bag. Pun kalau travelling gak sewa jasa travel, mesti bener-bener tau akan kapan kemana dan bagaimana medannya. Perencaaan yang baik dan detail akan bermanifest pada kesuksesan perjalanan. Kalau kata orang sih gagal merencanakan adalah merencanakan kegagalan 😄😅

3. Do like as usual as you do
Lakukan lah segala nya seperti biasa. Kalau biasanya bayi mandi jam 6 ya jam 6 harus mandi, dimanapun posisi nya, pun kalau gabisa mandi, minimal dilap lah. Contohnya nih si baby el udah punya jadwal mandi sendiri tiap pagi sore daaan kalau kelewat jamnya berefek sama jam tidur dia yang sering keganggu, mungkin karena kurang nyaman sama badannya yang sering keringetan. Jadi saya dan suami udah siapin pack mandi dan waslap (takut gabisa mandi dan cuma bs lap) di travel bag plus semua baju ganti serta pernak perniknya. Jadi mau jam berapapun kita ada dimana, alhamdulilah jam mandi nya gak kelewat. Selain jam mandi, yang biasanya bikin anak jd rewel adalah kalau dia terlalu capek atau ngantuk. So, jangan sampe jam tidurnya juga kelewat kebablasan. Kalau udah jamnya tidur ya diposisikan tidur, dimanapun itu. Kita lah orang tuanya yang paling ngenal siklus bayi, jadi sesuaikanlah segalanya. Bukan malah si bayi yang suruh nyesuain kita loh 😅

4. Bawa barang-barang seefektif dan seefisien mungkin
Gak bisa dipungkiri lagi, keperluan baby yang sekecil itu bisa 2x lipatnya dari kita yang orang dewasa. Diapers, baju ganti, minyak telon, baby lotion, waslap, gendongan, handuk, selimut dan bla bla bla, yang kesemuanya sebaiknya dibawa seefisien dan seefektif mungkin disesuaikan sama bentuk kegiatannya. Kalau kira-kira jam travelling ngelewatin waktu mandinya dia, ya siapin lah alat mandi waslap di travel bag dengan ukuran-ukuran mini. Kalau kira-kira si baby lebih nyenyak gendong jarik, bawa lah itu jarik kemana-mana supaya kapan pun dia ngantuk bisa langsung diantisipasi. Kalau kira-kira bayi sukanya bobo lama bawalah gendongan yang nyaman, yang bisa leluasa bergerak tanpa ganggu baby bobok misalnya tipe2 gendongan katak. Kalau kira-kira medannya pasir atau tanah ya gausah ribet-ribet bawa stoller 😅. Berdasarkan pengalaman kemarin sih barang wajibnya adalah : diapers, pelastik hitam kecil untuk diapers kotor atau pakaian basah, baju ganti secukupnya, kit mandi, lotion baby, minyak telon (semuanya ukuran mini), apron menyusui, alat pumping dan botolnya supaya asi tetap lancar jaya walopun pada akhirnya asip tetep dibuang 😂, waslap, payung, gendongan senyaman bayi, selimut, handuk, jaket dan topi (semua yang warnanya bs untuk mix and match dan yang gak terlalu tebel), lain-lainnya kayak mainan, ban, neck ring, dsb disesuaikan dg destinasi travel aja ☺

5. Selalu siap sedia obat-obatan
Gak pengen sih si bayi sakit, tapi kita juga gamau kan kalau ternyata tetiba dia demam dan kita kewalahan nyari obat padahal posisi lagi ditengah-tengah hutan 😅 Obat udah mesti harus dibawa minimal penurun panas atau pereda flu untuk bayi. Supaya psikis orang tua juga kondusif gak takut si bayi ini itu, dan bayinya juga nyaman ngikut orang tuanya travelling. Selain obat baby, bawa juga obat untuk kita-kita nih. Karena hampir pasti pegel dan pusing menghampiri :p.

6. Salinglah pengertian
Yah namanya juga perjalanan yah, bawa bayik pula mestilah capek, kurang tidur, makan keganggu dan sebagainya. Saling pengertianlah dengan pasangan, supaya gak bawa emosi dan ganggu stabilitas nasional 😂

7. Gunakan nursery room dengan maksimal
Nursery room atau ruang ganti popok dan menyusui pasti ada si bandara, mall atau tempat-tempat umum yang besar, mengingat mendukung Ibu untuk memberikan ASI udah ada undang-undangnya 😄.  Biasanya ruangan nursery nih lebih nyaman dibandingin ruang lain, jadi bisa ngapa-ngapain lah Ibu dan bayik diruangan ini. Walaupun udah bawa apron menyusui, pakai nursery room jauh lebih oke 😎 So udah sampe bandara, langsung cusss nursery room aja.

8. Kudu strong dan siap jadi atlet angkat besi
Gausah malu untuk gendong bayik bolak balik di pesawat kalau emang si bayik udah bosen duduk. Gausah malu untuk ngajak ngobrol dan ngajak main bayik selama di pesawat. Usahakan selama landing dan take off susui lah anak bayik supaya dia lebih nyaman dengan perubahan tekanan udara. Pakai earplug boleh juga sih tapi gak banyak bantu, yang paling oke tetep menyusui 😄 Inget, kenyamanan bayik adalah prioritas !

Demikian tips and tricks ala Umi dan Abi nya Baby El. Gak perlu takut travelling ngajak bayi asalkan sudah dipersiapkan segalanya dengan matang jauh-jauh hari, kalau perlu bikin planning dari A sampai Z 😅. Piknik itu penting sih apalagi sama keluarga, banyak lah manfaatnya. Kayak sekarang, setelah bawa baby el piknik saya dan suami udah ngerti besok-besok harus siap sedia apalagi.

Salam dari Kami yah,

Selamat travelling 😍😘

Minggu, 13 November 2016

Surat Cinta Umi

Teruntuk bayi kecil Umi yang sekarang sedang tertidur lelap disebelah Umi,

Teruntuk anak soleh Umi (amin ya Rab) yang sekarang berusia 3bulan2hari, Ahza Rasyid El Aria (Umi dan Abi memutuskan untuk memberi panggilan El demi menghindari kesalahan ucap nama hingga akhirnya merubah arti jika panggilan lain yang dipakai),

Umi tau nak, sekarang tulisan Umi ini tidak berefek apapun bagi El, tidak ada manfaat apapun bagi El.

Umi tau nak, tanpa Umi menulispun El bisa merasakan dengan hati El betapa Umi (Abi, Nenek, Kokong) mengasihi El dengan teramat sangat.

Menulis ini adalah (mungkin) salah satu bentuk keegoisan Umi. Umi ingin entah kapan saat El besar dan El entah bagaimana bisa menemukan surat cinta Umi ini, El tau betapa Umi mencintai dan menyayangi El...

El adalah cinta Umi setelah Allah, Rasul, Nenek, Kokong dan Abi.

El bukan sekedar anak bagi Umi, tapi juga guru yang sudah dan (pasti) akan mengajarkan banyak hal untuk Umi bahkan sejak El masih dikandungan Umi selama 39minggu.

El adalah semangat Umi untuk terus berubah menjadi lebih baik, baik dan baik lagi agar bisa menjadi Ibu yang suatu hari bisa El banggakan didepan temen-temen El bahkan dunia.

El adalah pengingat Umi untuk terus belajar mengenai banyak hal setiap harinya. Karena El hobby lama Umi untuk membeli banyak buku dan membaca banyak buku (yang dulu sempat stop) kini terealisasi kembali.

El bisa membuat Umi terharu, sedih, dan bahagia sekaligus dengan melihat tingkah polah, mimik raut muka, gesture dan tumbuh kembang El.

Sejak El lahir ke dunia ini melalui proses persalinan normal yang panjang, 11 Agustus 2016 lalu sudah merubah cara pandang Umi tentang banyak hal yang (InsyaAllah) kearah positif sayang, terima kasih...

El sudah mengalihkan hidup Umi 180derajat kearah yang (InsyaAllah) baik sayang, terima kasih ...

Terima kasih sayang sudah mau menjadi anak laki-laki Umi diantara milyaran perempuan lain, walaupun mungkin Umi bukanlah Ibu yang terbaik bagi El.

Terima kasih sayang sudah mau menjadi bagian dari hidup Umi, walaupun mungkin hidup Umi tidak seindah yang El mau.

Terima kasih sayang sudah mau menjadi bahan pembelajaran untuk Umi, walaupun mungkin ilmu Umi tidak akan pernah full untuk memberikan semua yang terbaik bagi hidup El.

Terima kasih sayang atas segala kebahagiaan yang sudah El kasih untuk Umi, Abi, Nenek, Kokong dan seisi rumah dengan tingkah polah El. Sejak El hadir ditengah-tengah kami semua lebih berwarna.

Terima kasih sayang atas kesediaannya menjadi pelipur lara, penghapus penat sekaligus kesedihan Umi.

Terima kasih atas segala-galanya yang sudah dan belum El lakukan... Umi insyallah yakin El akan selalu membanggakan bagi Umi -amin-.

Maafkan Umi atas segala kebodohan, keteledoran, ketidaksabaran, kegagalan, kesalahan, dan kekhilafan yang sudah dan akan Umi lakukan ...

Maafkan Umi jika Umi tidak sesempurna malaikat yang digambarkan cerita-cerita tentang peran seorang Ibu bagi anaknya ...

Maafkan Umi jika sampai detik ini El masih menjadi korban keegoisan umi dan abi yang masih sangat baru menjalani proses menjadi orang tua.

Yang perlu El tau adalah apapun yang Umi dan Abi putuskan, apapun yang Umi dan Abi lakukan, apapun yang Umi dan Abi jalani semata-mata untuk kebahagiaan dan kebaikan El. Walaupun mungkin jalan yang ditempuh berat dan terjal

Umi titipkan dan pasrahkan selalu El pada Sang Maha Segala yaitu Allah SWT, karena Umi hanya mahluk lemah, tempat salah dan dosa.

Umi tidak rela El menjadi bagian dari kegagalan Umi di dunia ini yang tidak mampu lagi Umi rubah. Umi tidak rela El disentuh api neraka.

Semoga El selalu berada dalan perlindungan, penjagaan dan bimbingan terbaik Allah SWT baik melalui perantara Umi atau apapun dan siapapun :)

Semoga El menjadi salah satu bentuk keberhasilan Umi yang menjadi pemberat timbangan amal jariyah Umi di akhirat kelak

Warm hug and kisses,

Love you because of Allah baby,

Umi


Proses Ke-Tiga Dalam Hidup

Menjadi seorang anak adalah proses pertama dalam kehidupan manusia. Kita semua (sudah pasti) terlahir dari rahim seorang Ibu dan menjadi bagian hidup dari seorang Ayah.

Menjalani hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan tahun berganti puluhan tahun sebagai anak dari orang tua yang entah bagaimanapun keadaannya adalah orang tua terbaik sepanjang masa.

Menjadi anak yang entah bagaimanapun bentuknya tetapi selalu ingin menjadi kebanggaan orang tuanya.

Menjadi anak adalah proses seumur hidup, begitu juga proses-proses setelahnya.

Meski sudah puluhan tahun tetapi belumlah selesai (read: tidak akan pernah selesai) bakti kita kepada orang tua, lalu (kebanyakan) kita sudah melangkah lebih jauh lagi pada proses kedua yaitu menikah.

Menjadi pasangan bagi orang yang (semoga) kita cintai dunia akhiratnya.

Menjadi pelengkap bagi pasangan (semoga) dalam suka dan dukanya.

(Sama-sama) menjadi pembimbing yang (semoga) membawa kita ke dalan ridha Allah SWT lalu mencapai kebahagiaan hakiki di surga-Nya

Cepat atau lambat, setelah menikah beberapa (insyaAllah) akan memasuki proses ketiga dalam kehidupan ini yaitu menjadi orang tua, menjadi Ibu atau ayah dari seorang, dua orang ataupun banyak anak.

Menjadi orang tua adalah sebuah berkah juga ujian. Menjadi berkah karena banyak sekali pasangan yang ingin merasakan memiliki anak namun belum berkesempatan. Menjadi ujian karena dititipi mahluk luar biasa yang wajib dijaga, dibimbing dan dibesarkan.

Kini (alhamdulilah) saya tengah menjalani proses ketiga ini dengan berbahagia penuh suka cita dan bersemangat.

Meski masih seumur jagung tetapi rasanya banyak sekali rasa yang sudah tercurah, pikiran yang sudah terpakai, dan pengalaman baru yang sudah didapatkan -lalu membayangkan bagaimana usaha yang sudah dilakukan oleh papa dan mama, masyaAllah-. Semoga Allah SWT membalas dengan beratus-ratus triliun miliar juta (pokonya berkalikali lipat lah :p) kebaikan bagi kedua pahlawan saya itu, karena sepanjang hayat tidak mampu saya membalas segala yang sudah mereka perjuangkan bagi saya :")

Perlahan,

Saya mulai memahami bahwa menjadi orang tua sama sekali bukan perkara mudah dan remeh temeh. Butuh banyak ilmu serta kesiapan lahir dan bathin untuk menjalani tiap detiknya. Itu kenapa sebaiknya kehamilan dan cita-cita memiliki anak terencana dengan baik. Karena peran menjadi orang tua bukan dimulai sejak anak dilahirkan tetapi jauh sejak masa kehamilan.

Saya mulai menyadari bahwa menjadi orang tua adalah proses pembelajaran seumur hidup dan proses pembelajaran paling dinamis yang tidak pernah bisa disamakan antar satu orang tua dengan orang tua yang lain. Karena anak itu unik, sama sekali bukan miniatur dewasa.

Saya mulai mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu yang kasihnya (katanya) sepanjang masa, yang selalu memberi dan tak harap kembali, yang selalu disamakan dengan mentari -tetiba keinget lagu jaman kecil judulnya Kasih Ibu- and all of that mites are really true !!!

Saya mulai mempelajari hal-hal kecil yang dulu pernah saya anggap sepele tapi ternyata rumit. Mulai dari memberi ASI, memberi stimulus, memberi makanan bagi anak dan banyak hal lagi yang tidak pernah diajari dibangku sekolah -bahkan bagi saya yang seorang dokter-. 

Merasa diri ini kerdil sekali, karena banyak hal di dunia anak dan parenting yang belum saya ketahui. Merasa diri ini kerdil sekali, karena banyak tantangan sulit (ternyata) dalam membesarkan anak, dan ilmu serta kesabaran saya masih jauh dari kata baik.

Kini saya adalah seorang Ibu dari anak laki-laki pertama, yang akan saya jadikan sebagai bahan pembelajaran seumur hidup, bahan percobaan bahkan mungkin penelitian dan praktek dari semua ilmu yang sedang dan akan (selalu) saya pelajari.

Kini saya adalah seorang Ibu dari anak laki-laki yang (insyallah) akan menjadi anak yang saya banggakan dunia dan akhiratnya...

Kini saya adalah seorang Ibu dari anak laki-laki yang (insyallah) akan saya didik dengan penuh cinta kasih bertubi-tubi yang bisa saya berikan.

Kini saya adalah seorang Ibu dari anak laki-laki yang dari namanya menggambarkan betapa saya (dan suami) mencintainya karena penuh dengan doa-doa baik agar menjadi anak yang selalu beruntung dan terbimbing dari golongan bangsawan yaitu Ahza Rasyid El Aria...

Bismillah ya Allah bimbing saya dan suami agar selalu bisa berbenah diri detik demi detik agar mampu mengemban amanah seumur hidup ini.

Bismillah ya Allah bimbing saya dan suami agar selalu bisa memberikan segala yang terbaik bagi dunia dan akhirat anak-anak kami.

Bismillah ya Allah berikan kemudahan kepada kami dalam mengambil, menyerap dan mengamalkan ilmu sebagai orang tua serta jadikan ini menjadi salah satu ladang ibadah kami yang dapat membawa kami ke surga-Mu

Bismillah ya Allah :)