Rabu, 30 Mei 2018

Please, Let Me Back (?)

Barusan banget iseng-iseng buka twitter, lalu sign in , karena lupa password saking lamanya gak sign in, harus reset password via email 2, eh email 2 pun lupa password kemudian reset ke email 1... dan semua proses dijalani saking niatnya untuk iseng. Iseng aja niat ya, apalagi gak iseng coba tuh ?
Btw saya memang sengaja punya beberapa alamat email, supaya bisa gampang nyaringnya, mana sampah mana penting

Awal-awal sign in email 2 yang isinya notifikasi medsos, seru aja gitu buka-buka, oh ternyata dulu pernah keep kontak sama ini itu ini itu ...
Lama kelamaan buka-buka postingan jaman dulu, baca-baca pesan masuk dan akhirnya terjebak, nostalgia ~
Sebelum terjebak nostalgia saya menyadari bahwa dulu OMG saya alay banget ya, hampir gak percaya pernah posting hal-hal gak penting, posting kegalauan yang gak jelas, udah gitu pake bahasa-bahasa sok puitis semacam itu pula, seriously thats me ?
Mungkin pada zaman itu lagi masa-masanya kali mendadak pujangga atau mendadak galau berjamaah, positif thinking aja dulu sama diri sendiri :p

Ada gak sih orang yang gampang banget terjebak nostalgia kayak saya ?
I dont know why, gampang aja gitu tenggelam dalam chat-chat, posting-posting, dan notifikasi
Saking lagi penganggurannya, makanya baca notifikasi aja pake perasaan, makanya berakhir dengan baper

Melihat deretan semuanya terpampang nyata di layar (kebetulan buka di pc yang layarnya gede banget), saya makin sadar bahwa pertemuan, perpisahan, jodoh, semua sudah diatur sedemikian rupa,
Gak bisa disangka, gak bisa diduga, gak bisa diminta, cuma sebatas bisa diusahakan:)

Allah dengan sangat ajaib mengatur hidup saya,
Akhirnya saya sekarang sudah menikah, memiliki anak 1 yang sangat cute alhamdulilah semoga El selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT (amin)
Finally saya menjalani pernikahan yang sebelumnya gak pernah saya rencanakan dan gak pernah saya bayangkan sebelumnya
Yes, dulu pernah pacaran dengan suami saya sekarang
Tapi untuk kemudian sampai menikah itu gak pernah dibayangin sama sekali,karena sempet putus lama juga kan,
Waktu itu masih belum terpikir untuk menikah, dan akan menikah (dengan dia)

Yang bisa saya ingat dengan jelas adalah dulu pernah banget admire sama orang ini dan itu, sempet deket dan berharap serius dengan ini dan itu, tapi ternyata semua yang saya inginkan justru lewat gitu aja
Lewat gitu aja !
Yang saya harapkan tidak pernah berujung
Yang saya inginkan tidak pernah bertepi
Yang dulu dekat sekarang menjauh
Yang dulu jauh sekarang mendekat
Semua prosesnya berjalan dengan ajaib, dengan jalan yang sulit saya ungkapkan saking bingungnya ko bisa ya, ko bisa ya dan sebagainya 

Well,
Sangat patut disyukuri adalah selalu dikelilingi oleh orang-orang baik, alhamdulilah nikmat besar yang Allah berikan buat saya
Semua yang sudah terjadi dibelakang, tinggalah cerita
Saya hidup di masa sekarang dengan banyak hal yang ada di depan yang harus dijalani dan diraih
Semoga segalanya berjalan baik,
Semoga bisa jadi orang yang jauh lebih baik dari hari ke hari

Maafkan untuk semua yang pernah ada dalam cerita masa lalu saya ~

btw :
follow saya di @asprasasti (IG - Twitter)
lah malah promosi :p



Senin, 28 Mei 2018

Pengalaman Pertama Jadi Pejuang KRL Pagi

Naik KRL bukan hal yang baru bagi sebagian besar manusia di Jabodetabek. Tapi bagi saya, hal yang cukup mengagetkan. Terakhir naik KRL dulu banget sekitar 5/6 tahun yang lalu, itupun cuma sekali dan gak pernah terulang lagi. Disamping gak ada keperluan yang mengharuskan naik KRL, sayapun lebih prefer pake mobil pribadi karena lebih private dan bebas aja gak  terikat waktu dan tujuan. Tapi walaupun begitu, desas desus tentang dunia per KRL-an sudah sangat santer. Katanya, para pejuang terlahir dari penumpang-penumpang KRL pagi. Katanya, naik KRL gerbong khusus perempuan itu sadis. Katanya....

Semua itu masih saya bilang hoax karena gak percaya tingkat kehororannya sampai separah itu, hingga akhirnya saya membuktikan dan merasakan semuanya sendiri. Terhitung satu minggu lalu, saya sudah resmi menjadi pejuang KRL pagi, dibold ya PAGI. Menurut saya naik kereta pagi itu adalah perjuangan yang sesungguhnya, perjuangan haqiqi, tidak terbantahkan. Ditambah lagi perempuan berbadan mungil seperti saya, rasanya ...... OMAYGAT. Hari pertama naik KRL saya sempat berpikir bahwa saya mungkin tidak akan bertahan hidup sampai minggu depan -.-

But,
Alhamdulilah perkiraan saya salah sampai hari ini, hari Ke-8 saya masih bisa bernafas dengan baik dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Saya adalah tipe manusia obeserver. Saya suka mengobservasi perilaku orang-orang di tempat baru guna bisa menyesuaikan diri dan beradaptasi. Tapi, ternyata untuk urusan KRL sangat banyak faktor yang harus saya observasi, maka sampai hari ini saya masih belum khatam untuk bisa belajar tips and trick selamat di KRL, tips and trick bisa dapet tempat duduk di KRL.

Penting banget gak sih ?
Penting banget terutama buat orang-orang yang akan naik KRL setiap hari. Karena kalau gagal mengobservasi, berarti badan kalian akan remuk redam setelah turun dari KRL. Selain menderita karena berdiri, menderita juga karena engap gak dapet udara buat napas juga karena terdorong dan terjempit didalem gerbong kereta.

Walaupun belum khatam dunia KRL tapi at least saya berhasil mengobservasi beberapa hal, diantaranya :

1. Usahakan dapet tempat duduk di stasiun tempat kalian naik
Yap. Saya menjadi saksi hidup bahwa rerata pra pejuang KRL yang senior, sangat gesit mencari tempat duduk. Dari 8 trip berangkat dan 8 trip pulang saya cuma berhasil kebagian 2x duduk hasil kerja sendiri, 2x karena belas kasihan orang lain, sisanya penyiksaan -.-
Caranya ? Saya sendiripun belum dapet formula yang tepat, terbukti dari sebanyak itu trip cuma dapet duduk 2x, poor me :(
Tapi dari dua yang berhasil itu adalah saya berdiri tepat di lokasi pintu dan berdiri di sebelah kiri bukan di kanan. Misal nih ada 3 orang yang nunggu berdiri, kamu harus yang paling kiri, ada dua orang, kamu tetep yang kiri. Kenapa ? Karena penumpang KRL yang turun itu mesti keluar ke arah kiri arah dia turun alias kanan dari arah kita berdiri. Jadi kalau kita berdiri di sebelah kanan otomatis gak bisa naik duluan karena lebih dulu memprioritaskan penumpang turun.
Note lainnya dalah jangan lupa saat turun kereta kamu inget-inget betul spot pintu ada di titik mana.  kamu perhatiin dengan seksama, misal deket tiang sebelah kanan atau kiri, atau sebrang kursi besi, dan laiinnya yang bisa dijadikan tanda. Supaya nanti ketika akan berangkat lagi kamu tau harus menungggu di titik mana supaya tepat didepan pintu KRL.

2. Jangan duduk di kursi prioritas kalau kamu tidak berhak
Terutama saat melakukan trip panjang yang sepi, tapi kalau trip yang udah penuh dan gak ada lagi yang dudukin boleh lah duduk dulu, sambil berdoa gak ada lagi orang yang berhak duduk disitu selain kamu :)
Awal saya naik kereta, saya duduk di kursi prioritas dan saat itu semua kosong. Saya pilih kursi itu alesannya sih simple karena males jalan ke tempat lain. Hasilnya saya harus menyerahkan kursi itu ke orang yang berhak gak lama setelah KRL ngelewatin beberapa stsiun, dan sisanya saya hrus desek-desekan akrena setelah itu KRL sudah penuh sesak manusia lain.

3. Kalau gak dapet tempat duduk carilah tiang dimana kamu bisa bersandar
Udah dateng telat atau dateng tepat waktu tapi kalah gesit rebutan kursi ? Segera kamu cari tiang, biasanya ada di paling pinggir deket pintu, kamu langsung cup tiang itu aja buat bersandar. Tujuannya apa? Supaya saat kereta penuh padat kamu gak terobang-ambing dan kedorong-dorong kesana kesini. Apalagi buat yang badannya mungil, gak perlu takut gabisa nafas dan gabisa menggapai pegangan atas kereta. Karena selain tiang bisa buat tempat bersandar dan berpegangan, tepat disampingnya adalah tempat duduk, jadi kamu gak ketemu sama badan orang, kamu langsung berhadapan dengan kepala orang-orang yang duduk, oksigen lebih tersedia.

4. Jangan lupa ada orang lain yang lebih membutuhkan kursi
Ini poin terpenting dari semua poin di atas menurut saya. Kamu harus peka sama sekitar, kalau emang tempat duduk masih cukup buat nambah satu orang lagi atau mungkin ada org yang lebih membutuhkan untuk duduk, jangan egois. Karena balasan baik itu hanya ada untuk orang yang berbuat baik.

Demikan sih hasil observasi saya selama jadi penghuni KRL. Not too important but worth to try. Jangan lupa sebelum naik KRL sarapan yang banyak biar kuat, pake baju yang comfy, gausah bawa banyak barang dan ribet, pluuussssssss berdoa. Berdoalah dapet tempat duduk, atau ada orang baik yang mau ngasih tempat duduknya buat kamu.

Selamat berjuang !





Kamis, 24 Mei 2018

Menjadi seorang Dokter Umum

Menjadi seorang dokter umum seperti saya sekarang itu berarti anda telah berhasil melewati proses pendidikan yang (cukup) lama dan berlika liku, terlebih jika bukan berasal dari keluarga kaya raya, atau anak profesor, pejabat dan sebagainya .

Karena, you know why ?
Menjadi dokter yang katanya berpenghasilan besar, kerja ringan, dan banyak label lainnya yang dikasih oleh masyarakat itu ada harganya.
Sama seperti kalian mau pergi ke luar kota dengan nyaman dan cepat, berarti gak mungkin naik angkot atau naik KRL, pasti pesawat adalah pilihan paling tepat. Harga tiket pesawat yang harus dibayar berapa kali lipat coba dari harga bayar angkot ? lebih mahal, itu pasti.
Jadi, maksud saya disini adalah semua labeling yang melekat pada diri dokter itu ada harga yang harus dibayar.

Walaupun saya gak bilang semua anggapan masyarakat tentang dokter, terutama dokter umum itu bener :)
Ada yang benar dan banyak juga yang keliru.

Contohnya adalah :

1. Dokter umum itu penghasilnnya besar
Terus terang itu gak sepenuhnya bener. Yang bener adalah dokter umum berpenghasilan standar aja, bergantung kerja dimana, bagian apa. Sama aja kayak kerjaan lain yang salary based on kerjaan nya seberat apa. Ada juga dokter umum yang dalam sebulan penghasilannya gak jauh-jauh dari UMR Jakarta, malah banyak loh yang dibawah itu. Dokter umum, yang gajinya jauh diatas dari UMR, ya banyak juga. Sekali lagi, tergantung kerja bagian apa, dan beban kerjanya bagaimana. So, kalau mau jadi orang kaya raya, please dokter bukan salah satu pilihan yang oke, jadilah pengusaha.

2. Dokter umum itu kerjaannya ringan
Banyak banget, saya ulang, banyak banget yang menganggap kerjaaan dokter itu ringan, cuma duduk nunggu pasien, tempel-tempel stetoskop dan selesai. Padahal, bukan cuma sekali dua kali dokter ngerasain minum aja susah saking banyaknya pasien gawat yang butuh pengawasan, bahkan urin pasien aja bener-bener kita hitung dengan detail berapa produksinya. Padahal, dalam setiap kali periksa pasien yang katanya cuma tempal tempel, ada kepusingan dibelakangnyan jika ternyata ada suatu 'kelaianan' yang bisa kita dengar baik itu di jantung, paru-paru ataupun di perut pasien. Sedangakan dari satu bunyi itu kemungkinan penyakitnya bisa banyak, so kita harus terus mikir kira-kira si pasien sakit apa, supaya terapi yang dikasih  bisa tepat dan pasien bisa sembuh.

Malah ada tuh pasien yang dateng-dateng langsung marah-marah, bilang 'dok lama banget, saya gak dipanggil-panggil daritadi, padahal dokternya cuma duduk doang' OMG, saya bingung deh pasien model gini harus saya apain. Mau saya usir keluar, saya bisa didemo manajemen RS, mau saya layani, gedek juga. Pak, Bu, yang ibu lihat itu adalah sekarang, se ka rang. Bapak Ibu kan gak lihat 2/3 menit yang lalu, pasien saya baru aja diangkut ke ambulance untuk dirujuk, baru ada pasien gawat. HELO !
 
Please, dokter umum yang bertugas di IGD, itu sudah diajarkan bertahun-tahun selama pendidikan untuk memilah dan meilih pasien mana yang gawat, mana yang darurat, mana yang gawat darurat, dan mana yang biasa aja. Jadi otomatis prioritas penanganan pasti ada di pasien yang gawat darurat, baru darurat, baru gawat, baru deh terakhir pasien yang biasa aja. Pasien yang biasa aja ini maksudnya adlaah pasien syang sebenarnya bisa datang ke poliklinik tetapi malah datang ke IGD. Jadi kalau ada pasien yang dateng duluan tapi diskip sebentar lalu dokter menangani pasien yang lain, itu artinya memang penanganannya tidak butuh penanganan segera dan masih bisa menunggu. Percayalah pada dokter anda, atau jika anda bingung bertanyalah dengan baik :)

3. Dokter umum harus bisa menguasai semua penyakit
Dokter umum adalah dokter yang sudah menjalani program pendidikan dokter umum, semua tau itu. Tapi bahwa harus semua dikuasai itu adalah big no. Karena di dunia kedokteran itu gak sesimpel satu barang, satu guna, satu penyelesaian. Satu organ bisa puluhan masalah, bisa ratusan penyebab dan cara memperbaikinya sudah pasti beda bergantung ada organ lain kah yang dilibatkan atau ada kondisi tertentu kah yang harus menjadi peringatan. Makanya ada banyak banget spesialistik bahkan sub spesialistik di kedokteran. Jadi tidak benar bahwa dokter umum harus menguasai semua, yang benar adalah dokter umum harus bisa menguasai penyakit yang sesuai dengan kompetensinya, serta harus bisa merujuk dengan tepat semua yang tidak sesuai kompetensinya.

Well,
Penjelasan yang lebih mirip seperti klarifikasi diatas kesimpulannya dalah semua profesi tentu ada resikonya, ada manis dan pahitnya, ada plus dan minusnya.

Sama seperti pekerjaan lain yang tentunya dalam pengembangan karir, ingin karirnya meningkat naik begitu juga saya, seorang dokter umum. Bukan berarti dokter umum sekarang atau orang yang sekarang menjadi dokter umum  dan tindak ingin melanjutkan pendidikan itu berarti tidak punya karir yang bagus. BUKAN.

Preferensi orang terhadap karir dan masa depannya pasti berbeda-beda. Sukses pada masing-masing orang pun berbeda versinya. Sukses dan punya karir bagus tidak melulu dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan. Sekali lagi kembali pada masing-masing prefensi dan pandangan orang tersebut.

Sebagai dokter, yang umurnya masih seumur jagung seperti saya, Mungkin bisa saya katakan hampir 80% dokter umum seperti saya ini berniat atau minimal mempunyai keinginan untuk menempuh pendidikan selanjutnya ke arah spesialis atau sub sepesialis tertentu. Begitu pun saya. Nah, untuk mencapai itu tentu gak mudah. Banyak hal dan banyak langkah-langkah yang harus ditempuh.

Langkah apa yang akan saya tempuh ?
Nanti akan saya bahas di posty selanjurnya :)

Rabu, 23 Mei 2018

Akhirnya Memutuskan untuk Resign ):

Akhirnya lega juga semua kegalauan yang sudah saya alami berbulan-bulan, malah hampir tahun ya hitungannya. Bermula dari mulai mencari-cari terus mecoba daycare dan gagal, lalu saya memutuskan untuk membawa El lagi ke RS dengan segala resiko.
Dua bulan berjalan
El kembali sakit, dalam satu bulan itu sampe 3xsakit dengan jeda sekitar 1-2 minggu
sehingga bulatlah sudah keputusan saya untuk segera mengakhiri semua ini,
Sudah cukup sampai disini
Dengan  berat hati saya memutuskan untuk resign dari RS yang sudah sangat homey buat saya ini

):

RS yang sudah dengan sangat baik mengizinkan saya tetap bekerja membawa anak dan mbaknya
Karyawan RS yang sudah sangat ramah mau jadi temen, sahabat, sekaligus saudara El malah jadi pengasuh tambahan juga buat El disaat saya gak bisa main sama El karena sibuk pasien dan ini itu
Rekan karja yang sudah sangat pengertian mau menunggu saya menyusui El dulu saat harus bertemu untuk banyak urusan, bahkan sesekali harus ajak El keluar dulu saat saya tiba-tiba kedatangan pasien gawat
Atasan yang sudah sangat baik terus mendukung dan memback up saya dalam segala tugas-tugas saya di RS, pun beliau memaklumi kalau saya sesekali tidak bisa masuk karena harus mengurus El
Ah, rasanya terima kasih saja belum cukup untuk saya bisa membalas semuanya

):

Sayapun sempat merasakan kegundahan, sedih, bimbang, kemudian muncul pertanyaan, haruskah keputusan ini saya ambil ? tidak bisakah ada jalan lain lagi ?
Karena jujur basicly saya tipe wanita pekerja yang gak bisa kalau gak kerja, bingung kalau gak ngapa-ngapain diluar kerjaan rumah.
Saya gak bilang IRT itu gak kerja ya,
IRT adalah salah satu pekerjaan mulia dan cukup berat,
Tapi bagi saya yang selama ini sudah aktif di 'luar' seperti ada yang hilang jika tidak bisa menyalurkan hasrat saya untuk 'berkegiatan' di luar rumah, bertemu, melayani pasien, dan sebagainya yang sulit saya dapatkan jika hanya di rumah

Tapi kemudian, pertanyaan demi pertanyaan saya luntur, saat kembali mengingat El
Si anak yang sekarang sudah berhasil merebut semua pikiran dan perasaan saya
Ya, cuma El alasan saya untuk ini
Saya tidak bisa terus berkegiatan sementara harus 'mengorbankan' el
Kesehatan dan kebahagaiaan El adalah segalanya bagi saya

Bismillahirrahmanirrahim
Pengajuan surat resign saya membuat banyak orang kaget dan saya langsung dipanggil oleh atasan
Keputusan saya sudah bulat
Surat resign saya pun disetujui, dan saya resmi keluar dari RS

:)