Penantian selama hampir 3 minggu terjawab sudah, kemarin tanggal 3 Desember 2019 keluar pengumuman di Web jam 15.00 tapi baru bisa buka karena satu dan lain hal di jam 18.30 malam.
Maaf anda .....
Baca pertama kali antara sadar gak sadar, percaya gak percaya tapi itu lah hasilnya. Mau gak mau, siap gak siap ya itu lah hasil pengumumannya.
Sedih ? pasti
Kecewa ? iya
Tapi ...yaudah, mau gimana lagi ?
Berusaha tetep tenang dan cool aja lalu dengan tenang kasih info ini ke suami dan keluarga, yang ternyata gak terlalu kaget. Rupanya si suami sudah cek lebih dulu tepat di jam 15.00. Tapi dia milih untuk gak kasih tau dan biar aku sendiri yang cek di Web nya.
Di menit-menit pertama tenang, di 5 menit berikutnya galaaawwwww hahahah.
Auto terbayang wajah temen-temen yang sudah lebih dulu sekolah. Bahkan ada yang sudah jadi senior hampir selesai. Terbayang juga wajah2 orang tua yang semakin menua, dan banyak hal lain sampai pada suatu titik :
"Ini aku telat banget ya ?"
"Ini kenapa gak keterima sekarang ?"
"Kapan waktunya bisa sekolah ? kapan lulus ?"
dan lain - lain
Lalu masuk fase denial, gak terima kenapa bisa gak keterima (astaga shombong amat ya, pantes gak keterima wkwkwkw)
Mencoba ngobrol sama suami untuk tanya apa mungkin coba bagian lain atau coba pilihan yang lain. Apa mungkin emang gak bs masuk PPDS Anak FKUI ? Apa mungkin emang gak akan ada jalan untuk kesana ?
Suami yang masih bisa mikir waras berkali-kali mengingatkan bahwa, gak ada yang terlambat, gak ada juga yang terlalu cepat, semua sudah ada waktunya, dan bla bla bla.
Oke baiklah,
Tarik nafas panjang, beraniin diri untuk ngabarin temen-temen yang dari sore sudah tanya gimana hasil nya. Sampai akhirnya berchat ria dengan salah satu sahabat jaman kuliah. Perempuan baik-baik gak pernah lewat belajar dan solat tahajud (1 tahun kita satu kamar bareng jd sampe hapal 24 jam doi ngapain aja), IPK doi nyaris 4.0, dari keluarga yang lumayan bagus, daaan ah menurutku sih gak ada kurangnya.
Tapi pada kenyataannya sekarang doi malah belok untuk ambil S2 dengan beasiswa karena sebelumnya mendaftar PPDS Jantung Pembuluh Darah di FK Negeri di Yogyakarta dan belum berhasil.
Bukan bermaksud untuk menyamakan proses atau titik nol kita berdua. Tapi dari cerita dia saya belajar bahwa, oke ini emang hal yang wajar dan sangat mungkin terjadi pada siapapun. Doi yang "nyaris sempurna" aja pernah tertolak apalagi GUEEEEE yang remahan rengginang gak jelas. hehehe Gitu lah kira-kira refleksinya.
Terima kasih Ninda Devita untuk semuanya, sangat menenangkan. Semoga kamu selalu berbahagia dan pilihan apapun yang kamu pilih untuk pendidikan, karir dan semuanya adalah yang terbaik buat kamu ya .
Aku ?
Mari kita coba lagi dari awal, perbaiki yang bisa diperbaiki, berusaha lebih keras, berdoa lebih kuat, berbuat baik lebih banyak.
Insyallah jalan dan keputusan Allah adalah yang terbaik.
Setiap orang sudah punya proses dan timingnya sendiri.
Stop membandingkan diri dengan orang lain.
Just compete with myself.
Cukup kegalauannya, saya tutup semua kegundahan hati ini dengan melakukan garpu tala. Ayat yang Allah berikan siang ini bener-bener bikin terharu. Al. Ankabut 58-60 :
Masyallah Tabarakallah. Terima kasih ya Allah, terima kasih sudah sangat mengerti, terima kasih atas penghiburan dan ayat yang luar biasa ini. Terima kasih ;")
Terlalu banyak kebaikan dan nikmat Allah yang masih harus disyukuri, waktu luang, kesehatan, anak yang soleh dan membahagiakan, suami yang baik, orang tua yang masih sehat dan lengkap, keluarga yang harmonis, teman-teman yang baik. Alhamdulilah......
Rabu, 04 Desember 2019
Senin, 11 November 2019
Perjalanan Menuju PPDS Anak FKUI Bagian 2
Ujian demi ujian sudah dilewati dengan segala plus dan minusnya. Mulai dari ujian Prodi tanggal 4 November 2019 kemarin di Departemen IKA FK UI. Dengan persiapan yang "seada-adanya" karena di tanggal 3 masih ada kegiatan Bedah Buku dan hari-hari sebelumnya praktis ngurusin semua persiapan kegiatan Bedah Buku itu, mulai dari promosi acara, menghubungi pembicara, moderator, dan banyak lagi.
Belajar Prodi nya kapan ?
Setiap ada kesempatan, dimanapun, kapanpun. Disela-sela urus Bedah Buku, di jalan sebelum ke IDAI, di jalan sebelum pulang, diantara nemenin El main, sebelum tidur, bangun tidur, dan seterusnya,
Alhamdulilah ujian bisa terlewati dengan lancar, semoga hasilnya juga sesuai dengan yang diharapkan dan didoakan :)
Keluar dari ruangan ujian prodi, langsung diumumkan juga jadwal ujian wawancara (bagian ter horror) karena setiap anak akan beda-beda jadwal dan penguji nya. Gak tau harus seneng atau gak jadwal ujian wawancara aku hanya selang 2 hari dari ujian tulis yaitu 7 November 2019.
Persiapannya cuma 2 hari, 2 hari pun gak full karena post kegiatan Bedah Buku masih harus kirim-kirim sertifikat, bikin laporan kegiatan, cari lemari buat pameran buku, bantuin koordinir untuk leaflet dan lalalalaala.
Dengan persiapan yang juga "seada-adanya" pagi yang mendebarkan itupun tiba. Sempet stress, sempet takut, sempet cemas dan semua perasaan jadi satu. Tapi, gak ada faedahnya juga semua yang dirasain itu, apalagi sampai menyalahkan keadaan atau gak bersyukur. Astagfirullahalazim. Akhirnya sebisa-bisanya diatur, ditahan, dan berusaha like .... everything gonna be oke ....
Karena pagi itu harus nunggu suami yang abis jaga malem, baru bisa berangkat dari Kemayoran jam 08.35 dengan jadwal wawancara 09.00 WIB. Sepanjang jalan sempet searching-searching data yang mungkin ditanya oleh penguji, beberapa kali sempet lihat dan menghapal naskah wawancara yang dibikin sendiri buat persiapan supaya ngomongnya gak belibet-belibet amat, diseling berdoa dan berdoa gak putus-putus.
Setengah lari, sampai di Departemen Anak jam 08.45 lalu ketemu dengan panitia dan dikasih tau bahwa Wawancara dilaksanakan di Kiara dan itu kayak lumayan juga jaraknya. Gak buang waktu langsung cuss menuju Kiara. Alhamdulilah sampai Kiara jam 08.57 WIB, gak lama nunggu depan ruangan langsung di panggil.
"Dr. Astri Sulastri Prasasti, silahkan masuk."
Daaaaan eng ing eng,
Penguji nya bener-bener diluar prediksi aku dan diluar dari yang udah disiapin. Langsung berusaha atur nafas, sebisa mungkin terlihat kalem, sebisa mungkin dijawab semua pertanyaan yang itupun diluar dari yang dibayangin. Kira-kira 60-90 menit didalem gak terasa karena pikiran dan perasaan sibuk sendiri. Yaaaaaaaaaaa buat ku pribadi belum terlalu memuaskan tapi alhamdulilah. Terlewati juga proses wawancara yang sempet bikin nangis2 sendiri gak jelas ini.
Keluar ruang wawancara gatau lagi harus kemana, gatau juga mau ngapain. Ilang aja gitu dalam hitungan beberapa menit. hahahaha. Segitunya ? IYA segitunya :)
Oke setelah hampir hilang arah, berusaha tersadar. HELO wake up ! Besok tanggal 10 masih ada ujian SIMAK woy.
Iya, jadi seharusnya urutan ujiannya adalah SIMAK, Prodi, Wawancara tapi karena ada kegiatan internal Departemen urutan untuk periode ini jadi gak beraturan.
Ujian SIMAK yang cuma persiapan 2 hari yang gak FULL itupun tiba. Berangkat dari Cikarang (karena harus titip El sementara di rumah mama) jam 04.30 sampai di Depok jam 06.15 dan ujian dimulai jam 07.00 WIB.
Perasaan saat itu ?
Gambling, khawatir, cemas, tapi buat apa ?????
yaudah dijalanin aja. hehehe
Didalem ngapain ? sekuat-kuat nya ngerjain sebisa-bisanya ngisi soal dan aaaaaaaaaaaaaaa inginku berteriak. ITU SUSAH BANGET :(
Selesai ujian SIMAK jam 12.00 dengan sisa otak 0.5% dan hipoglikemi karena paginya cuma ngemil roti seada-adanya.
Ya Allah, semua prosesnya sudah dijalani dengan "sebaik-baik" dan "semampu-mampu" yang saya bisa. Mudahkan, luluskan, dan semoga bisa langsung masuk oneshoot ke IKA FK UI dengan segala keterbatasan yang saya punya tapi juga dengan se full-full nya komitmen yang saya punya.
Semoga pengorbanan El, suami, orang tua saya menjadi hal yang mempermudah proses ini.
AMIIIINNNNN :)
*sedang harap-harap cemas menunggu pengumuman di tanggal 16 November 2019*
Belajar Prodi nya kapan ?
Setiap ada kesempatan, dimanapun, kapanpun. Disela-sela urus Bedah Buku, di jalan sebelum ke IDAI, di jalan sebelum pulang, diantara nemenin El main, sebelum tidur, bangun tidur, dan seterusnya,
Alhamdulilah ujian bisa terlewati dengan lancar, semoga hasilnya juga sesuai dengan yang diharapkan dan didoakan :)
Keluar dari ruangan ujian prodi, langsung diumumkan juga jadwal ujian wawancara (bagian ter horror) karena setiap anak akan beda-beda jadwal dan penguji nya. Gak tau harus seneng atau gak jadwal ujian wawancara aku hanya selang 2 hari dari ujian tulis yaitu 7 November 2019.
Persiapannya cuma 2 hari, 2 hari pun gak full karena post kegiatan Bedah Buku masih harus kirim-kirim sertifikat, bikin laporan kegiatan, cari lemari buat pameran buku, bantuin koordinir untuk leaflet dan lalalalaala.
Dengan persiapan yang juga "seada-adanya" pagi yang mendebarkan itupun tiba. Sempet stress, sempet takut, sempet cemas dan semua perasaan jadi satu. Tapi, gak ada faedahnya juga semua yang dirasain itu, apalagi sampai menyalahkan keadaan atau gak bersyukur. Astagfirullahalazim. Akhirnya sebisa-bisanya diatur, ditahan, dan berusaha like .... everything gonna be oke ....
Karena pagi itu harus nunggu suami yang abis jaga malem, baru bisa berangkat dari Kemayoran jam 08.35 dengan jadwal wawancara 09.00 WIB. Sepanjang jalan sempet searching-searching data yang mungkin ditanya oleh penguji, beberapa kali sempet lihat dan menghapal naskah wawancara yang dibikin sendiri buat persiapan supaya ngomongnya gak belibet-belibet amat, diseling berdoa dan berdoa gak putus-putus.
Setengah lari, sampai di Departemen Anak jam 08.45 lalu ketemu dengan panitia dan dikasih tau bahwa Wawancara dilaksanakan di Kiara dan itu kayak lumayan juga jaraknya. Gak buang waktu langsung cuss menuju Kiara. Alhamdulilah sampai Kiara jam 08.57 WIB, gak lama nunggu depan ruangan langsung di panggil.
"Dr. Astri Sulastri Prasasti, silahkan masuk."
Daaaaan eng ing eng,
Penguji nya bener-bener diluar prediksi aku dan diluar dari yang udah disiapin. Langsung berusaha atur nafas, sebisa mungkin terlihat kalem, sebisa mungkin dijawab semua pertanyaan yang itupun diluar dari yang dibayangin. Kira-kira 60-90 menit didalem gak terasa karena pikiran dan perasaan sibuk sendiri. Yaaaaaaaaaaa buat ku pribadi belum terlalu memuaskan tapi alhamdulilah. Terlewati juga proses wawancara yang sempet bikin nangis2 sendiri gak jelas ini.
Keluar ruang wawancara gatau lagi harus kemana, gatau juga mau ngapain. Ilang aja gitu dalam hitungan beberapa menit. hahahaha. Segitunya ? IYA segitunya :)
Oke setelah hampir hilang arah, berusaha tersadar. HELO wake up ! Besok tanggal 10 masih ada ujian SIMAK woy.
Iya, jadi seharusnya urutan ujiannya adalah SIMAK, Prodi, Wawancara tapi karena ada kegiatan internal Departemen urutan untuk periode ini jadi gak beraturan.
Ujian SIMAK yang cuma persiapan 2 hari yang gak FULL itupun tiba. Berangkat dari Cikarang (karena harus titip El sementara di rumah mama) jam 04.30 sampai di Depok jam 06.15 dan ujian dimulai jam 07.00 WIB.
Perasaan saat itu ?
Gambling, khawatir, cemas, tapi buat apa ?????
yaudah dijalanin aja. hehehe
Didalem ngapain ? sekuat-kuat nya ngerjain sebisa-bisanya ngisi soal dan aaaaaaaaaaaaaaa inginku berteriak. ITU SUSAH BANGET :(
Selesai ujian SIMAK jam 12.00 dengan sisa otak 0.5% dan hipoglikemi karena paginya cuma ngemil roti seada-adanya.
Ya Allah, semua prosesnya sudah dijalani dengan "sebaik-baik" dan "semampu-mampu" yang saya bisa. Mudahkan, luluskan, dan semoga bisa langsung masuk oneshoot ke IKA FK UI dengan segala keterbatasan yang saya punya tapi juga dengan se full-full nya komitmen yang saya punya.
Semoga pengorbanan El, suami, orang tua saya menjadi hal yang mempermudah proses ini.
AMIIIINNNNN :)
*sedang harap-harap cemas menunggu pengumuman di tanggal 16 November 2019*
Kamis, 17 Oktober 2019
Perjalanan Menuju PPDS Anak FKUI
Satu tahun 7 bulan sudah saya menjadi Asisten di Badan Penerbit IDAI sejak Maret 2018 lalu. Banyak sekali pengalaman baik dan luar biasa selama menjalani proses asistensi ini. Bekerja di Badan Penerbit IDAI menjadi salah satu mimpi saya yang terwujud. Iya, dulu saya bener-bener penasaran sama yang namanya penerbitan buku, menulis, dan segala macamnya apalagi berhubungan sama anak. SUKA banget. Alhamdulilah Allah memberi saya kesempatan untuk bisa ada di lingkungan ini. Selain pengalaman, disini saya juga mendapat keluarga baru.
Keluarga Besar Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia. Masyallah ...
Awal bekerja sungguh masih meraba-raba apa jobdesknya, bagaimana cara mengedit, apa aplikasi nya, bagaimana dengan karyawan dan staff yang lain, apa yang benar-benar tugas saya dan segala macam kebingungannya, bahkan sampai hari ini beberapa hal masih saya pertanyakan. Hehe. Slow learner banget ya ? Tapi alhamdulillah karyawan dan staff disini sangat membantu, mengenai banyak hal, banyak hal. Begitu juga dengan PIC buku yang menjadi atasan langsung saya yaitu Dr. Tartila, Sp.A yang super baik, ramah, cantik, role model, dan manekin hidup buat saya, juga Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K) yang super ramah, pinter, muslimah, cantik, dan aaaahh banyak hal yang sulit didefinisikan.
Ketua Badan Penerbit IDAI adalah Prof. Dr. Badriul Hegar, Sp.A(K), Ph.D, sebelum bekerja disini saya sudah banyak mendengar tentang beliau dan kaget ternyata beliau sebaik dan se-care itu.
Terima kasih prof, banyak hal yang saya pelajari dari Prof ...
Keputusan untuk magang di Badan Penerbit dengan segala tantangan dan kendala didalamnya adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Meski buat saya di awal begitu tidak mudah karena jarak, anak, keluarga, dan sebagainya. Tapi alhamdulilah selalu ada jalan keluar jika mau berusaha kan?!
Lalu what's next ?
Meski sampai saat ini masih menjadi asisten di BP IDAI tetapi saya akan mencoba melangkah lebih lanjut. Target selanjutnya adalah menjadi PPDS Anak FK UI. Kampus impian banyak orang. Kampus dengan pendidikan anak terbaik di Indonesia. Kampus dengan banyak orang-orang hebat terlahir dan ada di dalamnya. Saya yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa ini berkali-kali berpikir dan menimbang, apa iya saya bisa ? Apa iya saya pantas ?
Keraguan itu makin hari makin terkikis dengan dukungan dari banyak orang termasuk suami saya. Berkali-kali dia mengingatkan, ayo maju, ayo coba, dan oke akhirnya saya akan coba di periode Januari 2020 ini. Dengan segala tantangan dan keterbatasan.
Man jadda wa jada .... Bismillah....
Selasa lalu tanggal 16 Oktober 2019 saya sudah menjalani Tes tahap awal yaitu Psikotes dan MMPI. Psikotes dan MMPI ini memakan waktu seharian dan bikin kepala ngebul karena banyak modul yang diuji. Selain tes tertulis, menggambar juga ada wawancara di sore hari. Yang perlu dipersiapkan dalam Tes ini adalah istirahat yang cukup, badan dan pikiran yang fresh.
Badly, saya tidak punya keduanya kemarin, karena malamnya masih menyiapkan berkas dan siangnya masih urus beberapa pekerjaan. Semoga hasilnya bisa memuaskan Ya Allah walau dengan persiapan yang super mepet karena baru bisa belajar dan cari-cari di H-2 ujian.
Saat tes, banyak bertemu dengan dokter-dokter umum dari berbagai kalangan dengan tujuan yang sama IKA FK UI. Dalam hati bertanya lagi Ya Allah ini kenapa semua orang-orang yang daftar keren-keren ya ? Apa saya bisa? hmmmm ....
Ya Allah, mudahkan, mampukan, dan luluskan dalam semua proses ujian ini
Bismillahi tawakalta alaAllah...
Keluarga Besar Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia. Masyallah ...
Awal bekerja sungguh masih meraba-raba apa jobdesknya, bagaimana cara mengedit, apa aplikasi nya, bagaimana dengan karyawan dan staff yang lain, apa yang benar-benar tugas saya dan segala macam kebingungannya, bahkan sampai hari ini beberapa hal masih saya pertanyakan. Hehe. Slow learner banget ya ? Tapi alhamdulillah karyawan dan staff disini sangat membantu, mengenai banyak hal, banyak hal. Begitu juga dengan PIC buku yang menjadi atasan langsung saya yaitu Dr. Tartila, Sp.A yang super baik, ramah, cantik, role model, dan manekin hidup buat saya, juga Dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K) yang super ramah, pinter, muslimah, cantik, dan aaaahh banyak hal yang sulit didefinisikan.
Ketua Badan Penerbit IDAI adalah Prof. Dr. Badriul Hegar, Sp.A(K), Ph.D, sebelum bekerja disini saya sudah banyak mendengar tentang beliau dan kaget ternyata beliau sebaik dan se-care itu.
Terima kasih prof, banyak hal yang saya pelajari dari Prof ...
Keputusan untuk magang di Badan Penerbit dengan segala tantangan dan kendala didalamnya adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Meski buat saya di awal begitu tidak mudah karena jarak, anak, keluarga, dan sebagainya. Tapi alhamdulilah selalu ada jalan keluar jika mau berusaha kan?!
Lalu what's next ?
Meski sampai saat ini masih menjadi asisten di BP IDAI tetapi saya akan mencoba melangkah lebih lanjut. Target selanjutnya adalah menjadi PPDS Anak FK UI. Kampus impian banyak orang. Kampus dengan pendidikan anak terbaik di Indonesia. Kampus dengan banyak orang-orang hebat terlahir dan ada di dalamnya. Saya yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa ini berkali-kali berpikir dan menimbang, apa iya saya bisa ? Apa iya saya pantas ?
Keraguan itu makin hari makin terkikis dengan dukungan dari banyak orang termasuk suami saya. Berkali-kali dia mengingatkan, ayo maju, ayo coba, dan oke akhirnya saya akan coba di periode Januari 2020 ini. Dengan segala tantangan dan keterbatasan.
Man jadda wa jada .... Bismillah....
Selasa lalu tanggal 16 Oktober 2019 saya sudah menjalani Tes tahap awal yaitu Psikotes dan MMPI. Psikotes dan MMPI ini memakan waktu seharian dan bikin kepala ngebul karena banyak modul yang diuji. Selain tes tertulis, menggambar juga ada wawancara di sore hari. Yang perlu dipersiapkan dalam Tes ini adalah istirahat yang cukup, badan dan pikiran yang fresh.
Badly, saya tidak punya keduanya kemarin, karena malamnya masih menyiapkan berkas dan siangnya masih urus beberapa pekerjaan. Semoga hasilnya bisa memuaskan Ya Allah walau dengan persiapan yang super mepet karena baru bisa belajar dan cari-cari di H-2 ujian.
Saat tes, banyak bertemu dengan dokter-dokter umum dari berbagai kalangan dengan tujuan yang sama IKA FK UI. Dalam hati bertanya lagi Ya Allah ini kenapa semua orang-orang yang daftar keren-keren ya ? Apa saya bisa? hmmmm ....
Ya Allah, mudahkan, mampukan, dan luluskan dalam semua proses ujian ini
Bismillahi tawakalta alaAllah...
Langganan:
Postingan (Atom)