Banyak hal yang saya dapat selain visa tentunya pada perjalanan terdahulu. Di kereta ekonomi yang sesak itu, saya bertemu dengan seorang bapak yang benar-benar menginspirasi. Bapak itu adalah seorang pegawai negeri sekaligus wiraswasta yang tinggal di Cirebon dan akan mengunjungi anaknya yang kuliah di Malang. Bersama kami, ada juga 3 orang mahasiswa Perguruan Tinggi Malang, yang salah satunya adalah anak laki-laki usia 20 tahunan, yang berasal dari keluarga yang berbeda agama. Dari anak inilah semua cerita itu berasal.
Entah pembicaraan berat itu dimulai darimana, yang jelas kami semua terlibat dalam satu diskusi tentang kehidupan, tentang Agama dan tentang Tuhan. Anak itu berkata bahwa satu-satunya yang ia percayai tentang Agama adalah keberadaan Tuhan, dan tidak pada yang lainnya. Agamapun hanya sebuah sekte yang membagi manusia menjadi beberapa kelompok. Anak cerdas ini mengagumkan dengan pemikirannya, tapi saya sedih sekaligus kasihan mendengar statement demi statement yang terkadang kebablasan. Dengan sabar bapak itu mendengarkan dan sesekali memberikan saran dan pengertian semampunya. Saya lihat pengetahuan bapak ini cukup bagus dan dia memiliki kesempatan untuk sedikit memberiksan dikte-dikte kecil, tapi tidak ia lakukan. Selama beberapa jam, diskusi itu berjalan dengan mulus, tanpa anak itu merasa salah dan tanpa ada yang merasa paling pintar. Tapi tentunya, kami tidak ingin pembicaraan ini menjadi debat kusir, sampai pada akhirnya si bapak yang bijaksana itu menyerahkan kepercayaan anak yang masih limbung kepada orang yang lebih kompeten. Ia memberi saran kepada anak laki-laki itu untuk segera menentukan keyakinannya dan bertemu dengan ustad yang lebih dapat diajak berdiskusi lebih dalam lagi. Lalu, diskusi dilanjutkan dengan cerita si bapak tentang kehidupannya yang punya banyak pelajaran didalamnya.
Ya, setidaknya saya sama sekali tidak merasa rugi dengan waktu satu hari yang sudah saya habiskan ke Jakarta.sampai pada hari dimana saya harus kembali pulang dan kembali dengan kebimbangan saya.
Tanggal 23 Juni 2012, adalah hari semuanya dimulai. Seperti biasa, selesai poli dan beberapa tindakan operasi, saya pulang. Sebelumnya saya sudah memberitahukan kepada dokter pembimbing saya di rumah sakit akan niat saya untuk berangkan melakukan presentasi di Slovakia. Tanggapan beliau sangat positif dan beliau selalu mendukung saya untuk tetap maju. Begitu juga dengan teman-teman saya. Hingga sore saya masih bingung sekali. Saya sudah mencoba menghubungi orang-orang yang saya pikir bisa memberikan jalan keluar. Tapi hasilnya NIHIL. Saya semakin bingung dan bingung. Sampai tepatpukul 19.00 room mate saya, Momi, terus mendorong saya untuk kembali ke Jakarta setidaknya disana saya bisa melakukan hal yang lebih berguna ketimbang disini. Sedari tadi, saya cuma guling-guling, sambil kadang telepon sana sini dan bingung. Ya setelah saya pikirkan, perkataan Momi ada baiknya juga. Maka saat itu juga, detik itu juga, saya putuskan untuk pulang menggunakan kereta terakhir ke Jakarta.
Seperti biasa, saya diantar oleh teman-teman ranbow saya ke Purwokerto. Mereka ini baik sekali, sebelum saya masuk kereta api, foto saya terlebih dahulu diabadikan untuk dilapokan kepada teman-teman lainnya bahwa saya sampai di tujuan dengan selamat. Saya hanya ikut, dan geleng-geleng. Betapa beruntung saya punya teman-teman seperti mereka ini :)
Sesampainya di rumah, memang lebih banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya bisa berdikusi dengan orang rumah kesana kemari dan akhirnya saya putuskan untuk berangkat pada sore harinya, tanggal 24 Juni 2012. Pesawat saya akan lepas landas pada pukul 19.00, detik-detik mendebarkan itu sungguh membuat saya mual. Hampir-hampir saya tetap tidak dapat berangkat karena saya terlambat sampai di bandara. Tapi alangkah beruntung saya, lagi-lagi pertolongan Allah datang. dan saya selamat.
Yap, akhir dari kegalauan saya ini adalah, saya tetap berangkan ke Slovakia untuk mempresentasikan hasil penelitian. Sya hanya berharap, pertolongan Allah akan datang kepada saya, lagi-lagi dan lagi.
Tanggal 23 Juni 2012, adalah hari semuanya dimulai. Seperti biasa, selesai poli dan beberapa tindakan operasi, saya pulang. Sebelumnya saya sudah memberitahukan kepada dokter pembimbing saya di rumah sakit akan niat saya untuk berangkan melakukan presentasi di Slovakia. Tanggapan beliau sangat positif dan beliau selalu mendukung saya untuk tetap maju. Begitu juga dengan teman-teman saya. Hingga sore saya masih bingung sekali. Saya sudah mencoba menghubungi orang-orang yang saya pikir bisa memberikan jalan keluar. Tapi hasilnya NIHIL. Saya semakin bingung dan bingung. Sampai tepatpukul 19.00 room mate saya, Momi, terus mendorong saya untuk kembali ke Jakarta setidaknya disana saya bisa melakukan hal yang lebih berguna ketimbang disini. Sedari tadi, saya cuma guling-guling, sambil kadang telepon sana sini dan bingung. Ya setelah saya pikirkan, perkataan Momi ada baiknya juga. Maka saat itu juga, detik itu juga, saya putuskan untuk pulang menggunakan kereta terakhir ke Jakarta.
Seperti biasa, saya diantar oleh teman-teman ranbow saya ke Purwokerto. Mereka ini baik sekali, sebelum saya masuk kereta api, foto saya terlebih dahulu diabadikan untuk dilapokan kepada teman-teman lainnya bahwa saya sampai di tujuan dengan selamat. Saya hanya ikut, dan geleng-geleng. Betapa beruntung saya punya teman-teman seperti mereka ini :)
Sesampainya di rumah, memang lebih banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya bisa berdikusi dengan orang rumah kesana kemari dan akhirnya saya putuskan untuk berangkat pada sore harinya, tanggal 24 Juni 2012. Pesawat saya akan lepas landas pada pukul 19.00, detik-detik mendebarkan itu sungguh membuat saya mual. Hampir-hampir saya tetap tidak dapat berangkat karena saya terlambat sampai di bandara. Tapi alangkah beruntung saya, lagi-lagi pertolongan Allah datang. dan saya selamat.
Yap, akhir dari kegalauan saya ini adalah, saya tetap berangkan ke Slovakia untuk mempresentasikan hasil penelitian. Sya hanya berharap, pertolongan Allah akan datang kepada saya, lagi-lagi dan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar