Negeriku Indonesia, negeri yang begitu kaya dan memukau. Semua bagian wilayahnya terdiri dari tanah-tanah subur, hutan mangrove yang kaya, hutan hujan terluas, penghasil minyak bumi, emas, dan banyak bahan tambang lainnya. Negeri yang indah bukan hanya karena namanya sebagai Zamrud Katulistiwa tetapi juga karena tidak ternama itu yang membuatnya kian indah dan memukau.
Negeriku adalah Indonesia, negeri yang sebagian besar mata pencaharian warganya adalah petani. Negeri yang kata orang adalah surganya perkebunan. Negeri yang melimpah ruah hasil pangan tetapi tidak cukup juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri nya sehingga masih harus mengimpor dari luar.
Sebuah pemandangan yang tragis dan paradoks berbumbu tikus-tikus berdasi terasa lekat sekali, ya itulah negeriku, Indonesia. Aku begitu mencintai negeriku meskipun negeriku adalah negeri nomer 3 dengan korupsi terbesar, negeri nomer 2 dengan pengidap TB terbesar, negeri nomer 1 dengan pemimpin terkorup. Negeriku begitu indah, yang terkenal dengan pengekspor tenaga kerja terbesar sehingga TKI (tenaga kerja Indonesia) disebut sebagai pahlawan devisa. tapi pahlwan tinggallah pahlawan yang tetap terlupakan, yang nasibnya tidak dipedulikan, yang seringkali menerima penderitaan bertubi-tubi di negeri orang. Pemerkosaan, pelecehan, penyiksaan, pemfitnahan dan tidak jarang pembunuhan. Padahal, tau kah kamu bahwa mereka para pahlawan terbuang itu adalah korban yang lagi-lagi bertudungkan keinginan untuk mendapatkan hidup lebih baik. Karena ternyata negeri yang kaya raya ini, negeri yang luas ini belum cukup mampu untuk mensejahterakan rakyatnya.
Sungguh menyakitkan mata ketika melihat pemandangan disana-sini banyak mobil mewah berkeliaran tetapi dpojok-pojok kota terhampar daerah minor, penuh sesak dengan pemukiman kumuh yang jauh dari sanitasi baik bahkan pojokan itu kian ramai dengan hiruk pikuk kejahatan dan gelandangan yang tidak punya rumah. Padahal dari tahun ke tahun pendapatan negeri ku selalu meningkat, dari tahun ke tahun jumlah kekayaan orang-orang berdasi meningkat dan luas pojokan kumuhpun terus bertambah.
Bulu kudukku bergetar dan sungguh pilu dengan banyak hal yang terjadi disana sini. Potret kehidupan yang mengharu biru dalam balutan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Di satu sisi, masjid-masjid didirikan dengan begitu indah dan megah tetapi disisi lain, lokalisasi PSK tumbuh subur bahkan dianggap hal biasa dan tidak berperikemanusiaan. Wanita-wanita mulai dari umur termuda hingga umur tertua berdandan dalam etalase dalam gang-gang kecil dan menunggu untuk dipilih. Sungguh tidak pantas untuk sekedar dibicarakan. Bukan karena meminorkan atau merendahkan, tetapi karena aku sendiri tidak tega menerima kenyataan pahit bahwa harga diri sekalipun ternilai begitu murah di negeri ini. Hanya untuk menyambung hidup harus memutus urat malu dan membuat topeng setebal-tebalnya. Sungguh pilu.
Ada apa dengan negeri ini ?
Setiap tahunnya dicetak sarjana-sarjana muda dengan idealetika prima, tapi mengapa belum cukup juga untuk membuat sebuah perubahan. Apakah justru kesalahan ini berawal dari bangku kuliah, atau malah bangku sekolah yang bisa mencetak pemimpin bangsa yang korup dan itu berlangsung dari tahun ke tahun.?Pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban kawan, tetapi membutuhkan aksi dari kita, orang-orang yang sangat dibutuhkan oleh negeri tercinta, Indonesia untuk merubah paradigma yang sudah terlanjur mewarnai langit negeri ini. Indonesia butuh orang-orang yang bekerja dengan hati dan keimanan untuk membawa perubahan fundamental dalam berbagai aspek kehidupan.
Apakah orang yang dibutuhkan itu kamu ? Buktikanlah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar