Rabu, 04 Desember 2019

Perjalanan Menuju PPDS Anak FK UI Bagian 3

Penantian selama hampir 3 minggu terjawab sudah, kemarin tanggal 3 Desember 2019 keluar pengumuman di Web jam 15.00 tapi baru bisa buka karena satu dan lain hal di jam 18.30 malam.

Maaf anda .....

Baca  pertama kali antara sadar gak sadar, percaya gak percaya tapi itu lah hasilnya. Mau gak mau, siap gak siap ya itu lah hasil pengumumannya.

Sedih ? pasti
Kecewa ? iya
Tapi ...yaudah, mau gimana lagi ?

Berusaha tetep tenang dan cool aja lalu dengan tenang kasih info ini ke suami dan keluarga, yang ternyata gak terlalu kaget. Rupanya si suami sudah cek lebih dulu tepat di jam 15.00. Tapi dia milih untuk gak kasih tau dan biar aku sendiri yang cek di Web nya.

Di menit-menit pertama tenang, di 5 menit berikutnya galaaawwwww hahahah.
Auto terbayang wajah temen-temen yang sudah lebih dulu sekolah. Bahkan ada yang sudah jadi senior hampir selesai. Terbayang juga wajah2 orang tua yang semakin menua, dan banyak hal lain sampai pada suatu titik :

"Ini aku telat banget ya ?"
"Ini kenapa gak keterima sekarang ?"
"Kapan waktunya bisa sekolah ? kapan lulus ?"
dan lain - lain

Lalu masuk fase denial, gak terima kenapa bisa gak keterima (astaga shombong amat ya, pantes gak keterima wkwkwkw)

Mencoba ngobrol sama suami untuk tanya apa mungkin coba bagian lain atau coba pilihan yang lain. Apa mungkin emang gak bs masuk PPDS Anak FKUI ? Apa mungkin emang gak akan ada jalan untuk kesana ?

Suami yang masih bisa mikir waras berkali-kali mengingatkan bahwa, gak ada yang terlambat, gak ada juga yang terlalu cepat, semua sudah ada waktunya, dan bla bla bla.

Oke baiklah,

Tarik nafas panjang, beraniin diri untuk ngabarin temen-temen yang dari sore sudah tanya gimana hasil nya. Sampai akhirnya berchat ria dengan salah satu sahabat jaman kuliah. Perempuan baik-baik gak pernah lewat belajar dan solat tahajud (1 tahun kita satu kamar bareng jd sampe hapal 24 jam doi ngapain aja), IPK doi nyaris 4.0, dari keluarga yang lumayan bagus, daaan ah menurutku sih gak ada kurangnya.

Tapi pada kenyataannya sekarang doi malah belok untuk ambil S2 dengan beasiswa karena sebelumnya mendaftar PPDS Jantung Pembuluh Darah di FK Negeri di Yogyakarta dan belum berhasil.

Bukan bermaksud untuk menyamakan proses atau titik nol kita berdua. Tapi dari cerita dia saya belajar bahwa, oke ini emang hal yang wajar dan sangat mungkin terjadi pada siapapun. Doi yang "nyaris sempurna" aja pernah tertolak apalagi GUEEEEE yang remahan rengginang gak jelas. hehehe Gitu lah kira-kira refleksinya.

Terima kasih Ninda Devita untuk semuanya, sangat menenangkan. Semoga kamu selalu berbahagia dan pilihan apapun yang kamu pilih untuk pendidikan, karir dan semuanya adalah yang terbaik buat kamu ya .

Aku ?
Mari kita coba lagi dari awal, perbaiki yang bisa diperbaiki, berusaha lebih keras, berdoa lebih kuat, berbuat baik lebih banyak.
Insyallah jalan dan keputusan Allah adalah yang terbaik.
Setiap orang sudah punya proses dan timingnya sendiri.
Stop membandingkan diri dengan orang lain.
Just compete with myself.

Cukup kegalauannya, saya tutup semua kegundahan hati ini dengan melakukan garpu tala. Ayat yang Allah berikan siang ini bener-bener bikin terharu. Al. Ankabut 58-60 :

Masyallah Tabarakallah. Terima kasih ya Allah, terima kasih sudah sangat mengerti, terima kasih atas penghiburan dan ayat yang luar biasa ini. Terima kasih ;")

Terlalu banyak kebaikan dan nikmat Allah yang masih harus disyukuri, waktu luang, kesehatan, anak yang soleh dan membahagiakan, suami yang baik, orang tua yang masih sehat dan lengkap, keluarga yang harmonis, teman-teman yang baik. Alhamdulilah......