Kamis, 10 Februari 2011

Kelainan Kelenjar Sebasea dan Kelenjar Ekrin

Oleh : Astri Sulastri Prasasti
Fakultas Kedoteran
Universitas Islam Indonesia
Tahun 2011



Intermezo :
Kelenjar Sebasea à Kelenjar penghasil sebum (minyak)
Kelenjar Ekrin à Penghasil Keringat à Apokrin (Di tempat2 yang keringetnya bisa menimbulkan bau ex: aksila) dan Ekrin (di hampir semua tempat)
A.    Acne Vulgaris
Adalah peradangan kronis dengan UKK : papul, pustul, kista, nodul, sikatrik dan pitting skar. Banyak diderita oleh remaja-remaja dan lebih banyak pada laki-lakià faktor hormonal (androgen). Predileksi : daerah seboroik (daerah yang banyak mengndung kelenjar minyak) : wajah, punggung dan dada atas.
Etilogi : masih unknown, tapi dipastikan merupakan multifaktorial dari ras, genetik, menstruasi (perubahan hormonal), kehamilan, diet (diet beneran trus minum obat), lingkungan dan yang terbaru faktor psikologi.
Patofisiologi :
Faktor androgen à Folikel sebasea yang normal à menjadi membesar dan aktivitasnya meningkat à sehingga proses keratinisasi menjadi abnormal (meningkat) à terjadi akumulasi keratin à terbentuk mikro komedo dalam bentuk white head  (komedo tertutup) à karena akumulasi semakin bertambah maka terjadi dilatasi sel folikel à lama-lama white head berubah menjadi black head (komedo terbuka) à selain berdilatasi, akumulasi mengakibatkan tekanan pada folikel à folikel ruptur à isi folikel masuk ke dermis à respon inflamasi à Propionebacterium acne berubah menjadi diphteroid anaerob à menghasilkan produk ekstraseluler seperti lipase, protease, hialurunidase & Faktor khemotaktik à ada respon imun dari PMN à fagositosit P. acne à melepaskan E hidrolitik à dinding folikel rusak à inflamasi makin berat à P.acne ke ekstraseluler.

Secara umum, faktor yang berperan dalam Patofisnya ada 4 : meningkatnya produksi sebum, hiperkornifikasi duktus sebaseaus, fungsi bakteri yang abnormal dan inflamasi.

Variasi Klinik Akne :
-          Akne nodulokistik lesi dominan nodul & kista
-          Akne fulminan merupakan bentuk akne nekrotik akut yg berat ditandai dengan simtom sistemik berupa panas, leukositosis & atralgia
-          Akne kosmetik, pd wanita dewasa krn pemakaian kosmetik komedogenik
-          Akne mekanika, akibat trauma fisik sep gesekan, tekanan misalnya pada dagu karena pemakaian helm, pd ganjal bahu atau tekanan BH pd wanita
-          Akne detergen, pd penderita yg mencuci wajahnya  secara kompulsif.
Penatalaksanaan :
Prinsip à  menormalkan pola keratinisasi pada folikel, menurunkan populasi P. Acne, menurunkan aktifitas kel sebaseus dan menghilangkan inflamasi.
-          Topikal
Untuk akne vulgaris ringan, bentuk sediaan berupa lotion, krim, gel
* bahan keratolitik atau komedolitik : sulfur, resorsinol & as salisilat, vit A sbg komedolitik  tapi iritatif & fotosensitif banget makanya digunakan malam hari
* Antibiotik, efek yang diharapkan menurunkan P.acne, yang paling populer bensoil peroksida, eritromisin, klindamisin
* Anti inflamasi yang digunakan steroid, pemakaian untuk waktu singkat, efek samping  telangiektasi, folikulitis, atrofi, akne steroid
-          Sistemik
       Antibiotik untuk menekan agen inflamasi ekstraseluler yg dihasilkan P. Acne
Tetra silkin 750-1000 mg/hr, eritromisin 750-1000 mg/ hr atau doksiklin 50-100 mg/hr
       Dapson untuk resisten terhadap Antibiotik, efek samping methemoglobinemia
       Kortikosteroid sistemik, menekan produksi androgen & anti inflamasi
       Terapi hormonal, antiandrogen yaitu sipoteron asetat dan estrogen
        Retinoid oral, untuk akne nodulokistik yang gak mempan sama obat lain. Hati-hati karena bersifat Teratogenik.
-          Terapi Fisik : Ekstraksi komedo dan Injeksi intralesi dgn kortikosteorid utk mengurangi inflamasi pd lesi nodulo kistik

B.     Rosasea
Radang kronis pada wajah, tanda : eritem persisten, teleangiektasi diselingi dengan episode akut, edema dan papula. Paling banyak menyerang wanita kulit putih usia 20 samapi 50 tahun.
Patofis : unknown
Etiologi : makanan, alkoholisme, radang gastrointestinal, malabsorbsi, psikiatri, tungau Demodex Folliculorum.
Manifestasi : Mengeluh wajah sensitif & mudah teriritasi dijumpai tanda khas adanya eritema pada pipi, hidung dan glabela. Dagu dan dahi dpt terkena tetapi eritema pd wajah bagian sentral. tidak dijumpai komedo, adanya lesi akneformis à akne rosasea, hipertrofi sebasea, hiperplasi jaringan fibrous pd hidung à rhynophyma.
Terapi :
1.      Sistemik, kondisi inflamasi akut dapat diberikan Antibiotik seperti tetrasiklin, eritromisin  atau metronidazol
2.      Topikal, preparat yang mengandung sulfur, metronidazol 0.75 %,  pemberian Kortikosteroid merupakan kontra indikasi krn menyebabkan teleangiektasi lebih parah.


C.     Miliaria
Adalah kelainan kulit karena retensi keringat à vesikel milier
Patofis : Obstruksi kelenjar sudorifera (kelenjar ekrin) à duktus ruptur à retensi keringat à vesikel deh
Ada 3 jenis :
a.       Miliaria Kristalina à gak nyeri
vesikel 1-2mm, bergerombol tanpa tanda radang dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan : PA gelembung intra/subkorneal, tidak diperlukan terapi hanya perlu ventilasi yang baik, pakaian tipis, menyerap keringat, menghindari panas yg berlebih. Misalnya pada pasien tirah baring lama à ventilasi kurang baik
b.      Miliaria Rubra à nyeri
Pada tubuh & tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian berupa papul merah, papul vesikuler ekstra folikuler pedih dan gatal. Biasanya pada orang yang tidak biasa di daerah tropis. Pemeriksaan : PA gelembung pd stratun spinosum à memeprlihatkan ada peradangan pd kulit dan perifer kulit di epidemis.
Patofisiologi : Faktor primer berupa banyak keringat à kadar garam tinggi à sumbatan pada muera kelenjar à perforasi sekunder di epidermis.
c.       Miliaria Profunda à gak nyeri
Jarang ditemukan kecuali di daerah tropiss biasanya terjadi setelah miliaria rubra  berupa papul putih keras berukuran 1-3 mm pada badan dan ekstremitas, tidak gatal dan tidak eritema. Pemeriksaan : PA saluran kelenjar keringat pecah pd dermis dgn atau tanpa infiltrasi sel radang.


“Ada tiga hal yang selalu ditakuti manusia : takut miskin, takut sakit dan takut mati. Ada tiga hal juga yang selalu diinginkan manusia : ingin kaya, ingin sehat dan ingin panjang umur”

KEBUTAAN

Oleh : Astri Sulastri Prasasti
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
Tahun 2011


Intermezo : 83% sensasi yang diterima oleh kita melalui indera mata, sisanya melalui indera
         perasa, peraba, penciuman dan pendengaran.
Kriteria Buta menurut WHO, ada 5 derajat :
1.      6/60 setelah dikoreksi menjadi 6/18
2.      3/60 setelah dikoreksi menjadi 3/60              Buta Sosial à butuh orang lain untuk
3.      1/60 setelah dikoreksi menjadi 3/60                                      melakukan kegiatan
4.      Masih bisa mempesepsikan cahaya
5.      Tidak bisa melihat cahaya sama sekali à Buta Klinis à Visus = 0
Derajat 1 dan 2 à Kriteria Visus rendah / Low Vision
Masalah yang ditimbulkan karena kebutaan :
a.      Bagi penderita à kehilangan kemampuan dan tidak bisa melakukan pekerjaan
b.      Bagi keluarga à mengurus orang buta
c.       Bagi pemerintah à kehilangan SDM, pendapatan rendah, beban negara
Angka Kebutaan :
Jika <0,5% àmasalah Klinisi dan tugas seorang dokter untuk menanganinya. Jika 0,5-1% à masalah kesehatan dan butuh partisipasi masyarakat, tidak hanya klinisi dan dokter. Sedangkan jika mencapai 1% à masalah pemerintah dibantu oleh seluruh masyarakat.
Penyebab Buta : Katarak, Glaukoma, Kelainan Refraksi (terjadi ambliopia à pada pemeriksaan mata semuanya dalam keadaan normal, akantetapi visus tidak dapat mencapai 6/6 meskipun telah dikoreksi dikarenakan kelemahan sensor di retina), Kelainan kornea (kebanyakan karena inifeksi dan trauma atau gangguan nutrisi).
Penyebab Buta pada anak : Anomali refraksi yang tidak terkoreksi dan Ambliopia à bisa karena strabismus (juling), anisometrik (selisih visus kanan dan kiri sangat jauh), ametropik bilateral (minusnya tinggi sehingga sulit dikoreksi), Ptosis Kongenital (mata tertutup à retina tidak terangsangà ambliopia), Kebutaan juga disebabkan oleh nfeksi baik sistemik ataupun lokal, contohnya infeksi lokal yaitu oftalmia neoratorum à konjungtivitas pada 1 bulan setalah kelahiran. Kasus lain yang banyak terjadi yaitu Konjungtivitis Gonore. Konjungtivitis dapat menyebabkan buta karena kuman bersifat proteolitik sehingga dapat dengan cepat menghancurkan kornea. Penyabab yang lain seperti Uveitis, Katarak Kongenital, Kelainan Prematuritas, dan Defisiensi Vitamin A yang banyak ditemukan pada daerah pedalaman yang kurang berkembang.
Defisiensi Vitamin A
Manifestasi umum yang paling utama dan sering dikeluhkan berupa rabun senja karena metabolisme Rodopsin yang berperan dalam kinerja Sel Batang untuk pengelihatan malam hari terganggu. Gejala dimulai dari manifestasi pada konjungtiva  yang pecah-pecah atau mengalami keratinisasi (Bibot Spot), bisa juga terjadi di kornea karena kornea relatif kering sehiingga mengakibatkan infeksi sekunder berupa Ulkus. Sisa ulkus yang sudah diobati dapat menjadi Sikatrik Korneaa (jaringan parut pada kornea). Sikatrik Kornea dibagi menjadi tiga menurut ketebalannya yaitu : Nebula (bentuk paling ringan, tidak terlihat jika tidak menggunakan senter), Makula (terlihat dengan menggunakan senter), dan Lekoma (sangat kelihatan sekali seperti kekeruhan pada kornea). Profilaksis dapat berupa pemberian Vitamin A dosis tinggi.

Upaya Kesehatan Mata : Tujuannya untuk menurunkan prevalensi menjadi 0,5% (tugas dokter untuk deteksi dini penyakit), Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mata, Meningkatkan pelayanan kesehatan, dan Meningkatkan kerja sama lintas sektor (Depkes, Depsos, Pertanian dan Pangan dll). Sasaran : Balita, dan Anak dengan melakukan skrining untuk mencegah ambliopia, Usia Produktif, Lansia agar bisa mandiri, Tenaga kesehatan, Organisasi Profesional, LSM dan Pemerintah baik negeri maupun swasta.

“Realita dan mimpi itu batasnya sangat tipis, hanya perlu segera bangun dan wujudkanlah.”