Selasa, 24 Juni 2025

Sebuah Pesan dari Dokter Spesialis Anak "Pinggiran"

Sudah dua bulan berjalan harus bolak balik memberikan pelayanan di RSUD Cilograng, bukan nama yang familiar. 

RSUD yang saat ini berganti nama menjadi Uwais Al Qorni, berada di Lebak Banten yang berbatasan dengan Sukabumi Jawa Barat,

Jalan terdekat dari Jakarta menuju tempat ini dari arah Sukabumi 

Jalannya berkelok-kelok, naik turun, cukup menantang lambung terutama saat perut masih kosong atau justru terlalu penuh 

Banyak orang bertanya, kenapa mau jauh-jauh menempuh perjalanan 3.5-4 jam perjalanan (dengan pulang ya 8 jam perjalanan)?

Jujur, banyak sekali pertimbangannya saat itu 

Saat mengiyakan telefon dari salah satu dokter PNS Banten yang baru dikenal melalui whatsap, malam itu 

Antara dihadapkan dengan keinginan mengabdi dan mengaplikasikan ilmu di 'daerah' tetapi juga situasi yang tidak mendukung untuk harus jauh berbeda pulau dengan suami dan anak, juga menjadi salah satu pertimbangan 

Banyak hal yang dipikirkan mulai dari kemampuan diri sendiri, kesanggupan secara fisik dan finansial, juga kesediaan waktu dan tenaga

Akhirnya, dengan ijin suami, anak dan tentunya orangtua....

Saya menjawab 'iya' untuk menempuh jarak sejauh itu untuk bisa berpraktik 

Tentu, banyak sekali kendala yang dihadapi setiap harinya, 

Meski sudah dipikirkan jauh-jauh hari, banyak hal ternyata berjalan tidak sesuai rencana kita, manusia...

Namun setiap kali hendak mundur karena ragu akan kemampuan diri ini (lagi-lagi) dan berat untuk meninggalkan anak selama itu, rupanya hanya jalan menuju RSUD ini yang terbuka lebar untuk saya (saat itu)

Entah mengapa, jalan-jalan lain yang saya pikir lebih baik, yang saya harap-harapkan sepertinya belum terbuka dan belum untuk saya 

Maka bismillahirrahmanirrahim, semoga Allah mampukan dan mudahkan perjalanan ini ...

Semoga kehadiran diri saya yang kecil ini, serta ilmu yang sedikit ini bisa memberikan manfaat untuk anak-anak sekitar, di daerah pinggiran, yang sebelumnya tidak saya bayangkan....

Amiiinnnnn

Setelah berinteraksi dan mencoba melihat lebih dalam dengan pasien anak dan orangtua nya serta dengan beberapa orang yang saya temui ....

Ternyata, saya sadar bahwa banyak hal yang memang masih menjadi PR kami (dokter), masyarakat, dan tentu pemerintah sendiri dalam hal kesehatan anak

Mulai dari akses yang ternyata memiliki pengaruh dan dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan pelayanan kesehatan

Pendidikan di rumah dalam hal ini orangtua juga pendidikan dan pengetahuan umum masyarakat sekitar juga punya peran yang cukup besar

Membesarkan anak ternyata tidak hanya butuh perasaan kasih dan sayang, tetapi ada kerelaan hati, keteguhan, pengorbanan, dan banyak hal lagi untuk mewujudkan anak-anak yang sehat, generasi yang baik

Potret lain yang saya lihat adalah bagaimana budaya dan kepercayaan yang dipegang turut andil dalam kesehatan anak dan dalam proses membesarkan anak 

Jika ingin membentuk anak yang sehat, banyak pihak harus dilibatkan 

Mulai dari kesejahteraan orangtuanya, pengetahuan yang baik dari society di sekitar, pendampingan dari tenaga terlatih, juga akses yang baik untuk dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik 

Sungguh benar, 

It need a village to raise a child 

Mimpi saya kedepan, semoga suatu saat nanti anak-anak di daerah pinggirian juga memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan dan kesempatan dengan anak di kota besar

Karena sesungguhnya, masa depan anak bukan hanya tanggung jawab mereka dan orangtuanya saja, tetapi juga tanggung jawab kita bersama ...


Selasa, 27 Mei 2025

Antara Pekerja dan Pengajar

Setelah menjalani hari-hari slow living dalam beberapa bulan terakhir, entah sudah berapa CV yang 'dilempar' ke segala arah, membabi buta

Tibalah saatnya untuk mulai melangkah lagi, meski satu dua langkah dahulu ...

Semampunya, sekuatnya, seadanya ...


Sebagai istri, ibu dan anak yang mungkin bila meminjam label saat ini adalah masuk dalam sandwich generation, sungguh banyak hal yang dipertimbangkan saat memilih tempat bekerja

Tentu saja yang ideal adalah tempat kerja yang cukup baik secara jarak, lingkungan dan mendukung karir kedepan 

Tetapi, tidak semua orang punya previlege mendapatkan 'tawaran' seperti itu 

Seperti juga saat hendak masuk pendidikan spesialis, tanpa background apapun, bukan siapa-siapa, dan berasal dari keluarga 'sangat' biasa saja 

Previlege tidak ada sedari awal, tapi sangat berusaha diciptakan sendiri 


Sempat ada keinginan untuk 'membuktikan' diri hingga akhirnya lelah dan menyerah sendiri, begitu saja 

Sampai akhirnya tidak punya cita-cita apapun lagi, selain bisa bertahan dan lewat 

Sepertinya fase itu berulang lagi saat ini 

Dihadapkan dengan berbagai keinginan dan kebutuhan, tetapi juga ada ketidakmampuan disana sini 

Tentu tidak mudah ...

Tetapi, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya

Jauh sebelum hari ini, saya sudah putuskan untuk mengikhlaskan semua urusan mengenai karir dan pekerjaan ini terhadap keputusan Allah SWT, apapun itu ....

Bukan, bukan karena sudah menyerah (lagi)

Malu rasanya, masih banyak menuntut setelah semua yang sudah dimiliki saat ini, terlalu banyak nikmat yang Allah SWT berikan, bahkan jauh dari ekspektasi saya sendiri 

Malu rasanya masih menuntut 'hanya' untuk kepuasan diri sendiri, yang sudah bertahun-tahun ini banyak mengorbankan 'hidup' orang-orang terkasih untuk cita-cita saya ini 

Maka tentu, tidak ada pilihan lain selain ikhlas dan legowo


Flashback sedikit,

Saat menjalani pendidikan dokter, ada satu orang konsulen yang begitu mengilhami saya untuk menjadi seorang spesialis dan 'dosen terbang'

Beliau masih berpraktik tetapi juga tampak happy dengan menjadi pengajar di beberapa universitas, sangat mengagumkan 

Saat itu, menjadi pengajar adalah salah satu cita-cita saya dalam hidup selain menjadi waitress cafe (sebuah fun fact :p)

Keduanya mungkin belum dapat terwujud saat ini, tidak mengapa 

Bukankah meski tidak menjadi 'pengajar' tetap bisa menjadi guru untuk anak sendiri, untuk sekeliling di tempat kerja di manapun itu 

Mari menebarkan banyak-banyak kebaikan, meski sedikit

Meski hanya itu yang kita miliki

Meski saat ini pun masih fakir ilmu, tidak menjadi halangan untuk satu-dua kata kita sedekahkan dalam kebaikan bukan ?

Jadi tidak ada yang tidak bisa, tetap menjadi pengajar, semampunya dulu, seadanya ...


Pekerja adalah titel yang saat ini saya sandang 

Dan saya sangat bersyukur menjadi seorang perkerja 

Ada mimpi suami, anak dan orangtua yang insyallah saya jadikan cita-cita jangka pendek (lain) 

"Menghidupi cita-cita orang tersayang" (semoga Allah mudahkan dan mampukan)

Titel ini, bukan saya yang memberikan tetapi berdasarkan pengakuan dari beberapa orang tentu saja

"Wah jiwa dokter pekerja sekali ya", ini terucap langsung di suatu wawancara dari seorang dokter senior 

Saya mengangguk pelan, dalam hati tentu mengamini "semoga saya bisa menjadi pekerja yang cukup baik dan bermanfaat untuk banyak orang ya dok..."

Amiiiin 


Rabu, 23 April 2025

Post PPDS Syndrome

Postingan ini adalah postingan yang sudah diimpikan bahkan selama PPDS
Waktu PPDS, longterm goalnya adalah lulus sedangkan shortterm nya ya bisa bertahan di setiap harinya
Bisa lewat dengan aman dan pulang ke rumah, tentu saja 
Alhamdulilahirabbilalamin 
Sekarang longterm goal itu sudah terwujud 

Sudah 1 bulan lebih menjalani hari-hari "slow living"
Selama 4 tahun terakhir, setiap kali bisa bangun pagi di rumah itu bersyukur sekali 
Alhamdulilah 1 bulan ini bisa selalu bisa bangun pagi di rumah, siapin anak sekolah, anter jemput, nonton netflix, bisa ngobrol lama sama suami, masak, ngopi, sampe bener-bener gak tau lagi mau ngapain 
Kadang saking bingungnya, ya beres apapun yang bisa di beres-beres hehehe
Happy banget (cry mo nangis ...)

Tapi tentu, tidak boleh berlama-lama bukan 
Harus bangun lagi dari "goler-goler" ini kemudian merangkai lagi satu-satu mimpi yang masih banyak itu antriannya 

"Halo, mimpi yang lain masih nunggu ini!" hehehehe

Banyak mimpi-mimpi kecil hingga besar yang masih ada di kepala 
Bismillah kita susun dan rangkai lagi kehidupan post PPDS ini pelan-pelan ya ...

Empat tahun belakangan sudah cukup sibuknya sama diri sendiri, sama perasaan sendiri, sama hidup sendiri, sama problem sendiri ...
Ada suami, anak, dan (alhamdulillah syukur luar biasa) masih ada orangtua yang sudah sabar selama itu juga untuk bisa berbahagia bersama 
Dan .... saat ini saya sungguh sadar....
Ternyata "waktu" adalah nikmat yang begitu besar yang Allah SWT berikan pada kita, yang seringkali tidak kita syukuri
Nikmat sehat dan keluarga tidak ternilai 
Terima kasih ya Allah atas semuanya ...

Ternyata, 
Kehidupan slow living itu ada dan menyenangkan 
Tenyata, 
Bisa banget gak selalu stress setiap hari dan "now now now" setiap hari
Ternyata, 
Boleh untuk istirahat dan tidur lama gak perlu dag dig dug lagi 
Dan ternyata, 
Gak mudah ya cari kerja (jeng jeng jeng)

Dulu saya pikir setelah menjadi spesialis, seketika mak jreng semua tawaran menggiurkan bermunculan (ya tentu saja ada untuk orang-orang istimewa, tapi saya kaum biasa saja)
Hehehe ternyata hidup di realita gak se mak jreng itu 
Memilih tempat kerja pun tidak semata-mata mendapat bayaran fantastis
Ada banyak sekali pertimbangannya 
Allah SWT memang sudah mengatur kita sesuai waktunya masing-masing 
Ada yang lancar sekali sekolahnya tetapi untuk bekerja perlu waktu 
Ada yang tidak mudah selama sekolah tetapi tawaran kerja yang baik entah kenapa selalu ada, mudah sekali 
Tidak perlu risau, kita semua ada di garis waktu masing-masing 
Setiap orang ada massanya, setiap massa ada orangnya, begitu katanya ...
Dan saya percaya, 
Saya serahkan semua urusan ini hanya kepada Mu ya Allah 
Rasanya malu untuk mengeluh setelah semua berkah yang sudah diberikan 
Mari kita jalani "Post PPDS Syndrome" ini dengan penuh syukur, dan penuh kepercayaan terhadap rencana Allah SWT 

Semangat terus para pencari kerja (iya kita hehehe)

Bismillah yah

Kamis, 27 Februari 2025

FINAL SESH

Hai, agak bingung mau cerita darimana karena wow sudah banyak ya yang terlewat dalam beberapa bulan terakhir
Menjalani hari-hari terakhir as PPDS Senior, cukup banyak lika-likunya 
Sebagai info, pada fase PPDS Senior akhir, ada beberapa ilmiah yang harus diselesaikan untuk dapat selanjutnya mengikuti Ujian Evaluasi Nasional (EN) Terpusat

Sebetulnya sejak pertengahan PPDS Senior sudah mulai terbayang deadline harus maju tesis bawah, kemudian presentasi tesis atas dan sajian kasus longitudinal (SKL). 
Namun, pada prosesnya selain kemauan diri sendiri sangat penting memiliki teman yang dapat saling mengingatkan dan maju bersama untuk serentetan ilmiah ini
Karena sungguh diperlukan niat, kemauan dan juga support dari lingkungan sekitar 
Beruntung saya memiliki beberapa teman luar biasa yang turut andil dalam semua proses tersebut
Alhamdulilahirabbilamin (1)

Setelah pontang panting, beberapa kali revisi dan perbaikan
Karena satu dan lain hal, alhamdulilahirabbilalamin (2) ujian tesis bawah dan tesis atas bisa dijalani intra modul, agak lupa mungkin November 2024 ya.
Meski biasanya tesis atas adalah rerata menjadi ilmiah terakhir, karena lebih dahulu maju presentasi SKL, hal berbeda kali ini
Namun tidak apa semua sah-sah saja 
Yang terpenting berusaha diselesaikan dan dikerjakan dengan baik bukan ? 
Sungguh, semua terjadi atas izin Allah SWT dan tentunya bimbingan dari pembimbing materi dan pembimbing metodologi yang sangat memudahkan prosesnya

Bagaimana ilmiah lainnya ?
Pada Januari 2025 alhamdulilahirabilalamin (3) dengan beberapa proses yang juga tidak mudah akhirnya bisa maju presentasi SKL yang menjadi penutup ilmiah di dunia per PPDS-an ini 
Dengan ini maka genap pula syarat untuk dapat menjadi kandidat EN 
Bisa menjadi satu dari 16 orang kadidat EN adalah salah satu hadiah awal tahun yang indah untuk saya pribadi. 
Mengingat banyak hal telah terjadi dan proses pendidikan yang dilalui tidak mudah, bisa lulus adalah tentu mimpi besar selanjutnya. 

Kami ber-16 menjalani proses belajar yang cukup singkat mengingat berdekatannya jadwal EN dengan terpenuhinya syarat untuk menjadi kandidat EN
Belajar intensif di RS dibimbing oleh guru-guru kami, kemudian ditambah dengan karantina yang cukup lama selama 13 hari. 
Karantina pertama di Jakarta, karantina kedua dilanjutkan di kota lokasi ujian EN dilaksanakan, Malang. 
Jujur, ini pertama kali bisa ke Malang setelah sebelumnya sempat menjadi wish list salah satu kota yang ingin dikunjungi. Eh dikunjunginya untuk ujian. Hehehe. 
Lagi-lagi, Alhamdulilahirabbilalamin (4) ...

Rangkaian Ujian EN atau Ujian Kompetensi (UKOM) pertama berupa ujian multiple choice di Jakarta pada awal Februari 2025. Kemudian dilanjutkan dengan ujian OSCE dan Ujian Kasus Longcase pada 14-15 Februari 2025 di Malang.

Tentu saat di Malang tidak terpikir untuk banyak eksplor wisata kuliner apalagi lokasi wisata yang lain. Juga tidak sempat terpikir untuk mengabari beberapa teman yang sebetulnya banyak sedang menempuh pendidikan di Malang. Memang kondisinya saat itu tidak memungkinkan. 
Tidak apa, bismillah ada kesempatan lain lagi ya untuk bisa main-main ke Malang. 
Aminnn.

Beberapa hari disana saya pribadi harus bangun pukul 03.00 dini hari setiap paginya mengingat beberapa materi belum selesai dibaca dan tidak cukup terkejar saat belajar bersama dan baru bisa tidur kembali tengah malam. 
Teman lain? banyak teman yang bahkan belajar lebih sepertinya, dengan energi yang lebih baik. 
Bagaimanapun caranya, kemi tetap bersama berusaha belajar sesuai dengan pace masing-masing namun juga tetap saling mengisi kekurangan satu-sama lain.
Sisa hari-harinya ?
Ya tentu, sepanjang hari review materi, latihan tindakan, pun masih ada bimbingan bersama beberapa guru kami. Sungguh menguras tenaga (bagi saya pribadi, huhuu aging is real).
Berbeda dengan banyak teman lain yang tampaknya sudah cukup siap, saya sendiri cukup takut menjalani ujian ini. Banyak hal yang ditakuti karena merasa tidak cukup belajar dan merasa kurang ini itu, sungguh.
Namun, berkali-kali saya coba yakinkan diri, semua ini akan berakhir dan harus dijalani. Harus dapat dijalani dengan maksimal (Ini final sesh ci !!! gumam dalam hati setiap kali lelah). 

Mungkin karena kurang istirahat dan cukup berat persiapan ini bagi saya, di hari ujian yang ditunggu-tunggu malah sudah mulai drop.  
Beruntung ada Mba Dinda as our chaperon yang bisa menjadi "dukun" dadakan kala itu yang tanpa dia mungkin saya hanya bisa tidur di kamar sepanjang waktu.
Sekali lagi, alhamdulilahirabilalamin (5) meski kurang fit masih dapat menjalani ujian OSCE dan Longcase dengan baik, 
I wish, as good as I can.

Akhirnya, pada 24 Februari 2025 bertempat di gedung pertemuan Universitas Brawijaya Malang, dilakukan penutupan UKOM dan pengumuman kelulusan perserta UKOM, dan hasilnya ......

Alhamdulilahirabbilalamin (6 sd ratus ribu hingga juta-juta kali), atas doa orangtua anak dan suami saya bisa lulus ujian dan menjadi salah satu dari 3 peserta terbaik dalam ujian UKOM ini:





Jujur, sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya bisa berada dalam posisi ini, karena sungguh satu-satunya target adalah bisa lulus, dengan nilai berapapun. Tetapi rupanya Allah kasih lebih dari yang diharapkan. Sungguh kaget dan penuh haru.

Terima kasih ya Allah atas hadiah manis ini di akhir pendidikan 4 tahun yang penuh dengan up and down.
Entah hal baik apa yang pernah saya lakukan, sampai saya layak untuk ada di tempat ini. Namun, saya yakin semua ini terjadi tidak karena usaha saya pribadi tetapi juga ada dukungan dan doa dari banyak pihak. 

Alhamdulilahirabbilalamin (ratus juta juta kali) 

Finally, dr. Astri Sulastri Prasasti, Sp.A

I dedicate this title to my parents, husband and my son as well as the teachers, friends, and all of my patients who were always there in the process...

Selamat untuk geng EN Februari 2025 atas kelulusannya, we are great team !