Selasa, 27 Mei 2025

Antara Pekerja dan Pengajar

Setelah menjalani hari-hari slow living dalam beberapa bulan terakhir, entah sudah berapa CV yang 'dilempar' ke segala arah, membabi buta

Tibalah saatnya untuk mulai melangkah lagi, meski satu dua langkah dahulu ...

Semampunya, sekuatnya, seadanya ...


Sebagai istri, ibu dan anak yang mungkin bila meminjam label saat ini adalah masuk dalam sandwich generation, sungguh banyak hal yang dipertimbangkan saat memilih tempat bekerja

Tentu saja yang ideal adalah tempat kerja yang cukup baik secara jarak, lingkungan dan mendukung karir kedepan 

Tetapi, tidak semua orang punya previlege mendapatkan 'tawaran' seperti itu 

Seperti juga saat hendak masuk pendidikan spesialis, tanpa background apapun, bukan siapa-siapa, dan berasal dari keluarga 'sangat' biasa saja 

Previlege tidak ada sedari awal, tapi sangat berusaha diciptakan sendiri 


Sempat ada keinginan untuk 'membuktikan' diri hingga akhirnya lelah dan menyerah sendiri, begitu saja 

Sampai akhirnya tidak punya cita-cita apapun lagi, selain bisa bertahan dan lewat 

Sepertinya fase itu berulang lagi saat ini 

Dihadapkan dengan berbagai keinginan dan kebutuhan, tetapi juga ada ketidakmampuan disana sini 

Tentu tidak mudah ...

Tetapi, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya

Jauh sebelum hari ini, saya sudah putuskan untuk mengikhlaskan semua urusan mengenai karir dan pekerjaan ini terhadap keputusan Allah SWT, apapun itu ....

Bukan, bukan karena sudah menyerah (lagi)

Malu rasanya, masih banyak menuntut setelah semua yang sudah dimiliki saat ini, terlalu banyak nikmat yang Allah SWT berikan, bahkan jauh dari ekspektasi saya sendiri 

Malu rasanya masih menuntut 'hanya' untuk kepuasan diri sendiri, yang sudah bertahun-tahun ini banyak mengorbankan 'hidup' orang-orang terkasih untuk cita-cita saya ini 

Maka tentu, tidak ada pilihan lain selain ikhlas dan legowo


Flashback sedikit,

Saat menjalani pendidikan dokter, ada satu orang konsulen yang begitu mengilhami saya untuk menjadi seorang spesialis dan 'dosen terbang'

Beliau masih berpraktik tetapi juga tampak happy dengan menjadi pengajar di beberapa universitas, sangat mengagumkan 

Saat itu, menjadi pengajar adalah salah satu cita-cita saya dalam hidup selain menjadi waitress cafe (sebuah fun fact :p)

Keduanya mungkin belum dapat terwujud saat ini, tidak mengapa 

Bukankah meski tidak menjadi 'pengajar' tetap bisa menjadi guru untuk anak sendiri, untuk sekeliling di tempat kerja di manapun itu 

Mari menebarkan banyak-banyak kebaikan, meski sedikit

Meski hanya itu yang kita miliki

Meski saat ini pun masih fakir ilmu, tidak menjadi halangan untuk satu-dua kata kita sedekahkan dalam kebaikan bukan ?

Jadi tidak ada yang tidak bisa, tetap menjadi pengajar, semampunya dulu, seadanya ...


Pekerja adalah titel yang saat ini saya sandang 

Dan saya sangat bersyukur menjadi seorang perkerja 

Ada mimpi suami, anak dan orangtua yang insyallah saya jadikan cita-cita jangka pendek (lain) 

"Menghidupi cita-cita orang tersayang" (semoga Allah mudahkan dan mampukan)

Titel ini, bukan saya yang memberikan tetapi berdasarkan pengakuan dari beberapa orang tentu saja

"Wah jiwa dokter pekerja sekali ya", ini terucap langsung di suatu wawancara dari seorang dokter senior 

Saya mengangguk pelan, dalam hati tentu mengamini "semoga saya bisa menjadi pekerja yang cukup baik dan bermanfaat untuk banyak orang ya dok..."

Amiiiin 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar