Setelah menjalani hari-hari slow living dalam beberapa bulan terakhir, entah sudah berapa CV yang 'dilempar' ke segala arah, membabi buta
Tibalah saatnya untuk mulai melangkah lagi, meski satu dua langkah dahulu ...
Semampunya, sekuatnya, seadanya ...
Sebagai istri, ibu dan anak yang mungkin bila meminjam label saat ini adalah masuk dalam sandwich generation, sungguh banyak hal yang dipertimbangkan saat memilih tempat bekerja
Tentu saja yang ideal adalah tempat kerja yang cukup baik secara jarak, lingkungan dan mendukung karir kedepan
Tetapi, tidak semua orang punya previlege mendapatkan 'tawaran' seperti itu
Seperti juga saat hendak masuk pendidikan spesialis, tanpa background apapun, bukan siapa-siapa, dan berasal dari keluarga 'sangat' biasa saja
Previlege tidak ada sedari awal, tapi sangat berusaha diciptakan sendiri
Sempat ada keinginan untuk 'membuktikan' diri hingga akhirnya lelah dan menyerah sendiri, begitu saja
Sampai akhirnya tidak punya cita-cita apapun lagi, selain bisa bertahan dan lewat
Sepertinya fase itu berulang lagi saat ini
Dihadapkan dengan berbagai keinginan dan kebutuhan, tetapi juga ada ketidakmampuan disana sini
Tentu tidak mudah ...
Tetapi, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya
Jauh sebelum hari ini, saya sudah putuskan untuk mengikhlaskan semua urusan mengenai karir dan pekerjaan ini terhadap keputusan Allah SWT, apapun itu ....
Bukan, bukan karena sudah menyerah (lagi)
Malu rasanya, masih banyak menuntut setelah semua yang sudah dimiliki saat ini, terlalu banyak nikmat yang Allah SWT berikan, bahkan jauh dari ekspektasi saya sendiri
Malu rasanya masih menuntut 'hanya' untuk kepuasan diri sendiri, yang sudah bertahun-tahun ini banyak mengorbankan 'hidup' orang-orang terkasih untuk cita-cita saya ini
Maka tentu, tidak ada pilihan lain selain ikhlas dan legowo
Flashback sedikit,
Saat menjalani pendidikan dokter, ada satu orang konsulen yang begitu mengilhami saya untuk menjadi seorang spesialis dan 'dosen terbang'
Beliau masih berpraktik tetapi juga tampak happy dengan menjadi pengajar di beberapa universitas, sangat mengagumkan
Saat itu, menjadi pengajar adalah salah satu cita-cita saya dalam hidup selain menjadi waitress cafe (sebuah fun fact :p)
Keduanya mungkin belum dapat terwujud saat ini, tidak mengapa
Bukankah meski tidak menjadi 'pengajar' tetap bisa menjadi guru untuk anak sendiri, untuk sekeliling di tempat kerja di manapun itu
Mari menebarkan banyak-banyak kebaikan, meski sedikit
Meski hanya itu yang kita miliki
Meski saat ini pun masih fakir ilmu, tidak menjadi halangan untuk satu-dua kata kita sedekahkan dalam kebaikan bukan ?
Jadi tidak ada yang tidak bisa, tetap menjadi pengajar, semampunya dulu, seadanya ...
Pekerja adalah titel yang saat ini saya sandang
Dan saya sangat bersyukur menjadi seorang perkerja
Ada mimpi suami, anak dan orangtua yang insyallah saya jadikan cita-cita jangka pendek (lain)
"Menghidupi cita-cita orang tersayang" (semoga Allah mudahkan dan mampukan)
Titel ini, bukan saya yang memberikan tetapi berdasarkan pengakuan dari beberapa orang tentu saja
"Wah jiwa dokter pekerja sekali ya", ini terucap langsung di suatu wawancara dari seorang dokter senior
Saya mengangguk pelan, dalam hati tentu mengamini "semoga saya bisa menjadi pekerja yang cukup baik dan bermanfaat untuk banyak orang ya dok..."
Amiiiin