Kamis, 10 Februari 2011

Gangguan Pendengaran dan Penyebabnya

Oleh : Astri Sulastri Prasasti
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
Tahun 2011



Gangguan pendengaran atau kelainan telinga secara klinis dibagi menjadi dua :
1.      Tuli Konduksi/ Conducting Hearing Loss à Kelainan yang terjadi mulai dari auricula sampai ke fenestra ovalis, misalnya ada serumen yang banyak dan menymbat atau karena kelainan kongenital (aurikula tidak terbentuk dll).
2.      Tuli Sensorineural/ Sensorinaural Hearing Loss à Kelaian yang terjadi mulai dari fenestra ovalis hingga pusat pendengaran, misalnya karena infeksi atau radang (Labirinitis), gangguan metabolisme (DM, Hiperkolesterol, Hipertensi) à yang bisa mengakibatkan gangguan vaskuler. Hal ini merupakan akibat dari terakumulasinya timbunan lemak pada pasien DM atau Hiperkolesterol di bagian tunika media pembuluh darah à sehingga elastisitas berkurang à pembuluh darah kaku à vaskularisasi ke koklea barkurang à pasokan Oksigen ke N.Auditorius berkurang, selain itu mengakibatkan juga matinya Hair cell à Tuli. Kekurangan Oksigen bisa mengakibatkan ketulian karena kebutuhan oksigen berbnading lurus dengan intensitas suara yang di dengar. Semakin rendah Oksigen maka intensitas yang di dengar juga semkin rendah.
Hal ini juga terjadi ketika kita seirng terpapar suara yang keras à Hair cell rusak à lama-lama bisa tuli.

A.    Kelainan Telinga Bawaan
Kelaianan yang telah ada sejak lahir, bisa terjadi tunggal ataupun disertai dengan kelainan organ lain yang disebut sebagai Sindroma, misalnya Sindroma Rubella.
Manifestasi : Respon pendengaran turun/ ga ada sama sekali, ada gangguan pertumbuhan atau kemampuan bicara karena tidak ada stimulasi suara yang diterima. Bentuk kelainannya : bisa ga terbentuk telinga luar, tengah, dalam atau kombinasi.
Pemeriksaan : Px fisik (aurikula dll), Audiometrik anak atau Otoakustik embision (OAE) à Bisa merakam kemampuan menderang dari aurikula sampai Hear cell, dan Respon Audiometri (BERA) à fokus pada N.Auditorius sampai Pusat pendengaran, lebih baik lagi jika dilakukan kedua-duanya. Apabila ingin mengetahui terbentuk atau tidaknya organ lakukan pemeriksaan Ct scan.
Terapi : Habilitasi pendengaran dan pasang akat bantu dengar sedini mungkin à untuk memberi stimuli suara à terjadi perkembangan dan kemampuan bicara.

B.     Infeksi (Radang) Telinga Tengah (Otitis Media)
1.      Otitis Media Akut
Etiologi :
Radang/infeksi hidung/dan tenggorok, trauma membran timpani (gendang telinga), berlangsung kurang dari 6 minggu
Manifestasi :
OMA Non Perforata
OMA Perforata
Telinga rasa penuh, gembrebeg, nyeri, demam
Membran timpani redup (tak ada pantulan cahaya)
Tajam pendengaran berkurang
Keluar cairan (otore: jernih atau bercampur nanah)


Patofis : radang di hidung/tenggorok à tekanan negatif pada auris media à tua eustachius terbuka à ovoposisi mikroorganisme dari tenggorok/hidung ke telinga à proses inflamasi mada auris media à Infeksi.
Secara umum ada 5 stadium : Oklusi Tuba, Hiperemi, Transudasi dan eksudasi, Supurasi dan Perforasi serta Resolusi.
Pemeriksaan : Audiometri à Makin kecil desibel yang di dengar berarti makin normal, N = 25 dB
Terapi : Drainase cairan/otore, Dekongestan, Antibiotik (tetes telinga dan sistemik, jika ada tanda sistemik), dan Simtomatis (antipiretik, analgesic).

2.      Otitis Media Kronis (OMK)
Merupakan kelanjutan dari OMA atau bisa jugainfeksi dari tempat lain. Tandanya: membran timpani sudah perforasi, pendengaran berkurang dan ada tanda komplikasi.
Manifes: Otore terus menerus/ hilang timbul,  Berlangsung ≥ 6 minggu  Komplikasi:
      - radang/infeksi/abses otak, belakang telinga
      - mulut/bibir tidak simetris (mencong)
Terapi: Drainase cairan otore, Dekongestan dan Antibiotik à tetes telinga serta beri Edukasi agar telinga tidak kemasukan air à air bisa menambah kelembaban dan bisa mengakibatkan laserasi epitel.

C.     Tuli Syaraf
Etiologinya multifaktor bisa karena kelaianan vaskuler, penyakit metabolik, lansia, lingkungan, stress psikis à yang mengakibatkan prosuksi adrenalin meningkat à vasokonstriksi berkepanjangan à suplai darah berkurang, serta bisa diakibatkan karena faktor keturunan dan idiopatik.

D.    Presbiakusis
Etiologi :
-           Proses fisiologis ketuaan à degenerasi à Pada Kanalis Haversi (jalannya N.Auditorius) ada timbunan protein karena degenerasi ini à Lumen menegecil dan mendesak N.Auditorius
-           Simetris telinga kanan dan kiri
-           Dimulai nada tinggi
-           Bisa berlanjut ke frekuensi bicara
Manifestasi:
-           Sulit menangkap/mengartikan pembicaraan cepat
-           Sulit menangkap suara nada tinggi
-           Pada usia lanjut
-           Gendang telinga: gambaran deposit kapur
-           Dipercepat oleh: DM, hiperkolesterol, perokok, stres
Px Penunjang: Audiometri
Terapi : Alat bantu dengar, jika komunikasi bicara terganggu  dan pengendalian DM, kolesterol, rokok, stress

E.     Tuli Akibat Bising Suara (NIHL)
Etiologi:
-           Terpapar suara bising (mesin, musik keras) 85-90dB selama >8jam à terutama suara dengan Frekuensi tinggi >4.000 Hz
-           Latar belakang: DM, hiperkolesterol, perokok, stres
Manifestasi :
-           Mengenai frekuensi tinggi (≥ 4.000 Hertz)
-           Berlanjut ke frekuensi bicara à pas ngomong biasa gak bisa denger
Terapi :
-           Menghindari suara bising
-           Ear plug  & eafmuffà terutama pekerja di daerah bising
-           Pengendalian kondisi latar belakang
-           Alat bantu dengar à hanya jika telah mengenai  frekuensi bicara, dan telah derajat sedang-berat
Batas –batas Waktu Paparan Bising Bagi Telinga :
Yang baru tiap kenaikan 3 dB
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
8 jam
4 jam
2 jam
1 jam
30 menit
15 menit
7,5 menit
6 menit 30 detik
3 menit 15 detik
1 menit 37,5 detik
63,5 detik
31, 75 detik

Strategi untuk SNHL
*      PREVENTIF:
-           Kendalikan faktor penyebab internal : tekanan darah tinggi/rendah, kolesterol, lemak tinggi, kencing manis (DM), stress psikis, kebiasaan
-           Lingkungan à bising kerja à gunaka protector dan istirahat antar periode pajanan bising
*      Terapeutik :
 Mencegah keparahan ketulian: strategi preventif, pemakaian protektor/peredam bising, pemilihan jenis protektor yang tepat (daya proteksi tinggi, nyaman, dan disiplin).


Guide for Conservation of Hearing in Noise
1. Pekerja:       - protektor telinga selama kerja
                                    - periksa  rutin telinga 6 bulan sekali
                                    - konsultasi dokter THT
                                    - rotasi tugas kerja
2. Sumber kebisingan:
                                    - analisis kebisingan (tentukan tk. bising)
                                    - redam bising (penyekatan kedap suara)

Contoh jenis Protektor :
1. Earplug tipe Elvex Blue EP-201/211
     à kemampuan meredam bising: 25-33 dB
2. Earmuff tipe MaxiMuff HB-35
     à kemampuan meredam bising: 23-29 dB
3. Helmet tipe H1
     à kemampuan meredam bising: 24,8 dB


“Ketika kamu sedang letih dan tidak mau berusaha atau berbuat lebih lagi. Ingatlah bahwa Allah SWT Maha Adil dan memberikan ganjaran sesuai dengan usahanya. Ingatlah seseorang disana yang tidak pernah berhenti berusaha dan bahkan tidak ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri sedikitpun, hanya demi kamu, anaknya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar